adi/ekspres |
Kepala Dinas Bina Marga, Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Cilacap Alexander melalui Kabid SDA, Saeful menjelaskan, elevasi air di Bendung Manganti, Desa Bojongsari, Kecamatan Kedungreja, Cilacap, hanya 8,5 meter dengan debit air sebesar 1,3 meter kubik. Padahal, dalam kondisi normal mencapai 10,2 meter dengan debit air sebesar 32 meter kubik per detik. Dengan debit air sebesar 1,3 meter, air di bendungan hanya mampu mengairi area persawahan yang mampu sekitar 1.300 hektare dari total 26.153 hektare. Area persawahan itu tersebar di Daerah Irigasi (DI) Sidareja-Cihaur seluas 21.537 hektare dan DI Lakbok Selatan, Kabupaten Ciamis, seluas 4.616 hektare. "Untuk mengairi sawah seluas 26.153 hektare, debit air yang dibutuhkan sekitar 30 meter kubik per detik," ungkapnya.
Dijelaskannya, air yang dialirkan dari "intake atau tempat pengambilan dan penampungan air Bendung Manganti hanya untuk membantu peresapan sumur-sumur yang digunakan untuk air minum. Menurutnya, jika mengacu pada jadwal musim tanam kedua, terhitung mulai bulan Juli seharusnya sudah tidak ada kebutuhan air untuk lahan sawah. Tetapi, di beberapa wilayah mengalami keterlambatan pola tanam sehingga sawah mengering karena tidak teraliri air irigasi.
"Untuk mengatasi kekeringan di wilyaan itu yang akan dibangun waduk Matenggeng di Dayeuhluhur, Cilacap, pada tahun 2018 dan ditargetkan selesai pada tahun 2022. Ini merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kekeringan yang biasa melanda wilayah barat Kabupaten Cilacap," paparnya.
Bendung Manganti yang berlokasi di bagian utara wilayah Kecamatan Kedungreja, merupakan bangunan bendung gerak yang dilengkapi dengan pintu angkat kerangka baja dengan sistem pengangkatan menggunakan mesin. Dibangun sejak tahun 1972 dan diresmikan pada tahun 1990. Bangunan air itu mengairi sawah di kawasan Cilacap Barat dan sebagian Kabupaten Ciamis. (adi)