Berdiameter Sekitar 3 Meter, Diduga Peninggalan Belanda
BATANG - Sebuah benda yang diduga merupakan wajan raksasa peninggalan jaman Belanda ditemukan di dalam Masjid Al Furqon, Dukuh Ngarakan, Kelurahan Karangasem Utara, Batang. Penemuan tersebut tentu saja membuat gempar dan mengundang perhatian warga hingga berduyun-duyun mendatangi lokasi.
Dari informasi yang diperoleh, awal ditemukannya benda tersebut adalah ketika Masjid tempat ditemukannya benda yang diduga wajan itu akan direnovasi. Namun saat dilakukan penggalian oleh para tukang batu, ternyata di kedalaman sekitar dua meter cangkul mereka terbentur sebuah besi.
Ketika digali lebih dalam, ternyata besi tersebut tampak seperti sebuah wajan, namun ukurannya tidak seperti wajan-wajan biasanya. Pasalnya, diameternya sekitar 2-3 meter. Tentu saja hal itu membuat para tukang kaget dan langsung melaporkannya ke pimpinan mereka.
Siswanto yang merupakan pimpinan proyek mengatakan, saat cangkul pekerja membentur benda keras sempat menimbulkan rasa penasaran. Ketika kembali dicangkul dan ternyata besi tersebut berbentuk lingkaran yang diduga wajan dengan ukuran raksasa.
"Saat menggali, mereka kaget karena cangkul pekerja membentur sebuah besi. Lalu saya menyuruh untuk terus menggali dan ternyata setelah kelihatan bentuknya seperti wajan raksasa," tutur Siswanto.
Mengetahui hal tersebut, kemudian diberitahukan kepada pengurus masjid, yang selanjutnya dilakukan musyawarah apakah akan ditutup lagi atau digali untuk diambil. Setelah melalui kesepakatan, awalnya akan ditutup lagi, namun ternyata hal itu sudah terdengar ke telinga warga yang kemudian berduyun-duyun ingin melihatnya.
Penemuan tersebut juga dilaporkan kepada pihak kepolisian dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Batang, yang kemudian meminta agar benda yang diduga wajan raksasa tersebut digali agar bisa diambil.
Setelah dilakukan penggalian selama tiga hari, akhirnya Rabu (20/7) kemarin wajan raksasa yang ditemukan di Masjid Al Furqon, Kelurahan Karangasem Utara, Kecamatan Batang mulai diangkat dari lokasi penemuan. Langkah tersebut dilakukan guna mengindari kerusakan, serta semakin banyaknya air yang ke luar dari bawah wajan.
"Proses pengangkatan dilakukan guna menghindari kerusakan, apalagi air yang keluar dari bawah wajan agak asin. Pengangkatanya dilakukan dengan menggunakan cran manual, dan harus ekstra hati-hati," ujar Kasubag Program Disbudpar Kabupaten Batang, Rahwan Astiyo Wibowo, kemarin.
Rahwan menjelaskan, sebelum diangkat wajan dipasangi tali tambang dan diambil empat titik. Selanjutnya keempat tali tersebut disatukan dan diangkat pelan-pelan menggunakan cran. Namun proses pengangkatan tidaklah mudah, mengingat kuat dugaan bagian bawah wajan menempel kuat dengan sesuatu dibawahnya.
"Untuk bagian bawah sendiri belum bisa dipastikan apakah ada tungku atau tidak, karena harus menunggu hingga wajan terangkat. Nantinya wajan itu sendiri akan kita bawa ke kantor Disbudpar untuk diteliti lebih lanjut, terkait bahan dan juga usia wajan tersebut," jelas Rahwan.
Proses penggalian dan juga pengangkatan wajan pada Rabu kemarin diawasi langsung perwakilan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Bagus Pujianto. Hal itu dilakukan guna mencegah adanya kesalahan dalam proses penggalian ataupun pengangkatan yang bisa berimbas pada rusaknya wajan seperti yang terjadi di Purworejo.
"Kita harus hati-hati, jangan sampai wajan rusak apalagi pecah. Berdasarkan penelitian awal, wajan terbuat dari logam dengan ukuran sama dengan temuan wajan di Purworejo. Dari ukuran, bahan, ketebalan 7,1 sentimeter dan diameter sama dengan Purworejo. Bedanya, wajan Purworejo tidak ada pipa yang mengalirkan sesuatu ke wajan itu. Di Batang ini ada sekitar empat pipa yang menuju wajan dengan panjang sekitar 2 meter," jelas Bagus.
Sementara itu, salah satu warga yang diduga merupakan sesepuh desa setempat, Wagiyem (90) warga Dukuh Milingan, Kelurahan Karangasem Utara, mengatakan jika di tempat tersebut dulunya merupakan gudang gula pabrik tebu milik pemerintah Belanda. Kemudian karena sudah berhenti, tanah tersebut dibeli oleh H Jazuli dan dibangun sebuah masjid.
"Waune gudang pabrik gula gadahe londo, ditumbas pak kaji Jazuli lan didamel masjid. Menawi pabrike ten daerah Kalimati atau Kalisari (tadinya gudang pabrik gula milik Belanda, kemudian dibeli H Jazuli dan dibuat masjid. Kalau pabriknya ada di daerah Kalimati atau Kalisari-red)," terang Wagiyem.
Wanita yang sudah berumur 90 tahun tersebut mengungkapkan jika dia dulu lahir di Klaten, kemudian ikut tantenya yang dipersunting warga Belanda yang merupakan pegawai pabrik gula. Sehingga sejarah tempat tersebut dirinya mengetahui sendiri dan juga dari cerita para pendahulunya. (rul/don)
BATANG - Sebuah benda yang diduga merupakan wajan raksasa peninggalan jaman Belanda ditemukan di dalam Masjid Al Furqon, Dukuh Ngarakan, Kelurahan Karangasem Utara, Batang. Penemuan tersebut tentu saja membuat gempar dan mengundang perhatian warga hingga berduyun-duyun mendatangi lokasi.
Dari informasi yang diperoleh, awal ditemukannya benda tersebut adalah ketika Masjid tempat ditemukannya benda yang diduga wajan itu akan direnovasi. Namun saat dilakukan penggalian oleh para tukang batu, ternyata di kedalaman sekitar dua meter cangkul mereka terbentur sebuah besi.
Ketika digali lebih dalam, ternyata besi tersebut tampak seperti sebuah wajan, namun ukurannya tidak seperti wajan-wajan biasanya. Pasalnya, diameternya sekitar 2-3 meter. Tentu saja hal itu membuat para tukang kaget dan langsung melaporkannya ke pimpinan mereka.
Siswanto yang merupakan pimpinan proyek mengatakan, saat cangkul pekerja membentur benda keras sempat menimbulkan rasa penasaran. Ketika kembali dicangkul dan ternyata besi tersebut berbentuk lingkaran yang diduga wajan dengan ukuran raksasa.
"Saat menggali, mereka kaget karena cangkul pekerja membentur sebuah besi. Lalu saya menyuruh untuk terus menggali dan ternyata setelah kelihatan bentuknya seperti wajan raksasa," tutur Siswanto.
Mengetahui hal tersebut, kemudian diberitahukan kepada pengurus masjid, yang selanjutnya dilakukan musyawarah apakah akan ditutup lagi atau digali untuk diambil. Setelah melalui kesepakatan, awalnya akan ditutup lagi, namun ternyata hal itu sudah terdengar ke telinga warga yang kemudian berduyun-duyun ingin melihatnya.
Penemuan tersebut juga dilaporkan kepada pihak kepolisian dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Batang, yang kemudian meminta agar benda yang diduga wajan raksasa tersebut digali agar bisa diambil.
Setelah dilakukan penggalian selama tiga hari, akhirnya Rabu (20/7) kemarin wajan raksasa yang ditemukan di Masjid Al Furqon, Kelurahan Karangasem Utara, Kecamatan Batang mulai diangkat dari lokasi penemuan. Langkah tersebut dilakukan guna mengindari kerusakan, serta semakin banyaknya air yang ke luar dari bawah wajan.
"Proses pengangkatan dilakukan guna menghindari kerusakan, apalagi air yang keluar dari bawah wajan agak asin. Pengangkatanya dilakukan dengan menggunakan cran manual, dan harus ekstra hati-hati," ujar Kasubag Program Disbudpar Kabupaten Batang, Rahwan Astiyo Wibowo, kemarin.
Rahwan menjelaskan, sebelum diangkat wajan dipasangi tali tambang dan diambil empat titik. Selanjutnya keempat tali tersebut disatukan dan diangkat pelan-pelan menggunakan cran. Namun proses pengangkatan tidaklah mudah, mengingat kuat dugaan bagian bawah wajan menempel kuat dengan sesuatu dibawahnya.
"Untuk bagian bawah sendiri belum bisa dipastikan apakah ada tungku atau tidak, karena harus menunggu hingga wajan terangkat. Nantinya wajan itu sendiri akan kita bawa ke kantor Disbudpar untuk diteliti lebih lanjut, terkait bahan dan juga usia wajan tersebut," jelas Rahwan.
Proses penggalian dan juga pengangkatan wajan pada Rabu kemarin diawasi langsung perwakilan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Bagus Pujianto. Hal itu dilakukan guna mencegah adanya kesalahan dalam proses penggalian ataupun pengangkatan yang bisa berimbas pada rusaknya wajan seperti yang terjadi di Purworejo.
"Kita harus hati-hati, jangan sampai wajan rusak apalagi pecah. Berdasarkan penelitian awal, wajan terbuat dari logam dengan ukuran sama dengan temuan wajan di Purworejo. Dari ukuran, bahan, ketebalan 7,1 sentimeter dan diameter sama dengan Purworejo. Bedanya, wajan Purworejo tidak ada pipa yang mengalirkan sesuatu ke wajan itu. Di Batang ini ada sekitar empat pipa yang menuju wajan dengan panjang sekitar 2 meter," jelas Bagus.
Sementara itu, salah satu warga yang diduga merupakan sesepuh desa setempat, Wagiyem (90) warga Dukuh Milingan, Kelurahan Karangasem Utara, mengatakan jika di tempat tersebut dulunya merupakan gudang gula pabrik tebu milik pemerintah Belanda. Kemudian karena sudah berhenti, tanah tersebut dibeli oleh H Jazuli dan dibangun sebuah masjid.
"Waune gudang pabrik gula gadahe londo, ditumbas pak kaji Jazuli lan didamel masjid. Menawi pabrike ten daerah Kalimati atau Kalisari (tadinya gudang pabrik gula milik Belanda, kemudian dibeli H Jazuli dan dibuat masjid. Kalau pabriknya ada di daerah Kalimati atau Kalisari-red)," terang Wagiyem.
Wanita yang sudah berumur 90 tahun tersebut mengungkapkan jika dia dulu lahir di Klaten, kemudian ikut tantenya yang dipersunting warga Belanda yang merupakan pegawai pabrik gula. Sehingga sejarah tempat tersebut dirinya mengetahui sendiri dan juga dari cerita para pendahulunya. (rul/don)