KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Pasar Malam Jenitri yang diluncurkan Wakil Bupati Yazid Mahfudz pada 31 Agustus lalu masih sepi aktivitas. Menurut pengepul salah satunya sebabnya adalah masih banyaknya para buyer dari Tiongkok yang mencari sendiri jenitri ke desa-desa menggunakan sepeda motor.
Padahal mereka masih banyak yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) internasional. "Saat mereka taat hukum maka ini akan jalan. Termasuk mereka nginapnya harunya di hotel-hotel," ujar salah satu pengepul jenitri, Upik.
Baca juga:
( Dinilai Tidak Efektif, Pasar Malam Jenitri Masih Sepi )
Senada dengan Upik, pengepul lainnya, Juniadi, mengatakan penyebab belum berjalannya Pasar Malam Jenitri disebabkan keberadaan para buyer dari Tiongkok ke Kebumen itu hanya bermodal vis kunjungan. Hal ini juga menyebabkan para pembeli itu tidak tertarik bertransaksi jenitri di pasar. "Karena mereka sudah ketakutan dulu, begitu datang kesana nanti ditangkap oleh pihak imigrasi. Seharusnya Pemkab Kebumen dapat menjamin mereka agar tidak ditangkapi biar mereka mau datang ke pasar," pinta Juniadi.
Selain juga pasar yang digelar malam hari itu juga kurang efektif, mengingat pada malam hari waktunya para buyer istirahat. Para buyer selama ini mencari biji jenitri pada siang hari. "Kalau malam ramai itu sebenarnya para pengepul saja. Para buyer itu pas keluar mau nyari makan tapi ada yang nawari jenitri, terjadilah transaksi itu," bebernya.
Tak hanya itu, para pengepul juga dinilai tidak kompak. Masih banyak para penjual yang taku tidak laku jika berjualan di pasar malam dimaksud. "Mereka mending di rumah karena tidak sewa tempat, selain juga bisa juga sambil mengerjakan kerjaan lain," imbuhnya. (ori)
Padahal mereka masih banyak yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) internasional. "Saat mereka taat hukum maka ini akan jalan. Termasuk mereka nginapnya harunya di hotel-hotel," ujar salah satu pengepul jenitri, Upik.
Baca juga:
( Dinilai Tidak Efektif, Pasar Malam Jenitri Masih Sepi )
Senada dengan Upik, pengepul lainnya, Juniadi, mengatakan penyebab belum berjalannya Pasar Malam Jenitri disebabkan keberadaan para buyer dari Tiongkok ke Kebumen itu hanya bermodal vis kunjungan. Hal ini juga menyebabkan para pembeli itu tidak tertarik bertransaksi jenitri di pasar. "Karena mereka sudah ketakutan dulu, begitu datang kesana nanti ditangkap oleh pihak imigrasi. Seharusnya Pemkab Kebumen dapat menjamin mereka agar tidak ditangkapi biar mereka mau datang ke pasar," pinta Juniadi.
Selain juga pasar yang digelar malam hari itu juga kurang efektif, mengingat pada malam hari waktunya para buyer istirahat. Para buyer selama ini mencari biji jenitri pada siang hari. "Kalau malam ramai itu sebenarnya para pengepul saja. Para buyer itu pas keluar mau nyari makan tapi ada yang nawari jenitri, terjadilah transaksi itu," bebernya.
Tak hanya itu, para pengepul juga dinilai tidak kompak. Masih banyak para penjual yang taku tidak laku jika berjualan di pasar malam dimaksud. "Mereka mending di rumah karena tidak sewa tempat, selain juga bisa juga sambil mengerjakan kerjaan lain," imbuhnya. (ori)