KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Gempa berkekuatan 4,7 Sekala Richter (SR) yang terjadi di perairan Tenggara Cilacap dengan kedalaman 10 KM, Selasa (15/11) juga dirasakan di Kebumen. Sejumlah warga mengaku terkejut dengan adanya kejadian tersebut.
Di Kebumen, gempa terasa sekitar 10 detik. Namun demikian tidak menimbulkan panik berlebih. Bahkan banyak diantara warga mengaku tak merasakan gempa. "Tadi ketika saya di teras, badan saya terasa terguncang, Saya pikir cuma kursi yang goyang, tapi ternyata ada gempa," kata Pupus (22), Warga Desa Maduretno Kecamatan Buluspesantren.
Warga lainnya, Puryati (23) juga mengaku merasakan hal serupa. Warga Kecamatan Puring tersebut mengaku sempat merasakan getaran gempa. "Saat sedang duduk di depan televisi, tiba-tiba kursi yang saya duduki terasa bergoyang," katanya, Rabu (15/11/2016).
Dia mengaku baru menyadari jika guncangan tersebut akibat adanya gempa setelah bertanya pada adiknya."Adik saya ternyata juga merasakan guncangan itu. Saya langsung berpikir kalau terjadi gempa," katanya.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa bumi tektonik yang terjadi Rabu (15/11) kemarin terjadi pukul 19:41:10 WIB, berkekuatan 4,7 Skala Richter mengguncang wilayah pesisir selatan Jawa Tengah hingga Yogyakarta.
Pusat gempa berlokasi di Laut dengan Episenter terletak pada koordinat 8,24 LS dan 109,28 BT, tepatnya di tepi utara cekungan busur muka (fore arc basin)
Samudra Hindia pada jarak 64 km arah tenggara Kota Cilacap pada kedalaman 55 km. Berdasarkan Peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempabumi berupa guncangan dirasakan di Cilacap, Kebumen, Purworejo, Wates, Bantul, Yogyakarta, dan Madiun, dalam skala intensitas I SIG BMKG (II MMI).
Menurut laporan, di daerah ini guncangan gempabumi dirasakan dan mengejutkan warga.Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempabumi ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng. Dalam hal ini Lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah Lempeng Eurasia dengan laju sekitar 70 mm/tahun mengalami deformasi di zona transisi Megathrust-Benioff pada kedalaman 55 km hingga memicu terjadinya gempabumi.
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Dr Daryono MSi mengatakan Hasil monitoring BMKG hingga pukul 20.00 WIB belum terjadi aktivitas gempabumi susulan. "Masyarakat pesisir pantai selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta dihimbau agar tetap tenang, karena gempabumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami," katanya. (saefur/cah)
Di Kebumen, gempa terasa sekitar 10 detik. Namun demikian tidak menimbulkan panik berlebih. Bahkan banyak diantara warga mengaku tak merasakan gempa. "Tadi ketika saya di teras, badan saya terasa terguncang, Saya pikir cuma kursi yang goyang, tapi ternyata ada gempa," kata Pupus (22), Warga Desa Maduretno Kecamatan Buluspesantren.
Warga lainnya, Puryati (23) juga mengaku merasakan hal serupa. Warga Kecamatan Puring tersebut mengaku sempat merasakan getaran gempa. "Saat sedang duduk di depan televisi, tiba-tiba kursi yang saya duduki terasa bergoyang," katanya, Rabu (15/11/2016).
Dia mengaku baru menyadari jika guncangan tersebut akibat adanya gempa setelah bertanya pada adiknya."Adik saya ternyata juga merasakan guncangan itu. Saya langsung berpikir kalau terjadi gempa," katanya.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa bumi tektonik yang terjadi Rabu (15/11) kemarin terjadi pukul 19:41:10 WIB, berkekuatan 4,7 Skala Richter mengguncang wilayah pesisir selatan Jawa Tengah hingga Yogyakarta.
Pusat gempa berlokasi di Laut dengan Episenter terletak pada koordinat 8,24 LS dan 109,28 BT, tepatnya di tepi utara cekungan busur muka (fore arc basin)
Samudra Hindia pada jarak 64 km arah tenggara Kota Cilacap pada kedalaman 55 km. Berdasarkan Peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempabumi berupa guncangan dirasakan di Cilacap, Kebumen, Purworejo, Wates, Bantul, Yogyakarta, dan Madiun, dalam skala intensitas I SIG BMKG (II MMI).
Menurut laporan, di daerah ini guncangan gempabumi dirasakan dan mengejutkan warga.Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempabumi ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng. Dalam hal ini Lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah Lempeng Eurasia dengan laju sekitar 70 mm/tahun mengalami deformasi di zona transisi Megathrust-Benioff pada kedalaman 55 km hingga memicu terjadinya gempabumi.
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Dr Daryono MSi mengatakan Hasil monitoring BMKG hingga pukul 20.00 WIB belum terjadi aktivitas gempabumi susulan. "Masyarakat pesisir pantai selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta dihimbau agar tetap tenang, karena gempabumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami," katanya. (saefur/cah)