REMBANG – Nasib malang menimpa bayi dari pasangan Ahmad Mamduchin dan Siti Munawaroh. Anak pertamanya lahir dengan menderita kelainan tulang tengkorak. Akibatnya, ada organ di kepala yang menonjol keluar. Dokter pun menyarankan agar dioperasi. Sayangnya, biaya menjadi kendala orang tua si bayi tersebut.
Ahmad Mamduchin mengungkapkan, anak pertamanya lahir pada Sabtu (27/5) pukul 02.00 dini hari. Bayi yang diberi nama Sabira itu lahir secara normal di Puskesmas Kragan I. Selama proses persalinan yang berlangsung dari pukul 00.00 tengah malam, tak ada kendala apapun. Hanya, ketika lahir ada kelainan pada tulang tengkorak Sabira.
Ahmad Mamduchin mengungkapkan, anak pertamanya lahir pada Sabtu (27/5) pukul 02.00 dini hari. Bayi yang diberi nama Sabira itu lahir secara normal di Puskesmas Kragan I. Selama proses persalinan yang berlangsung dari pukul 00.00 tengah malam, tak ada kendala apapun. Hanya, ketika lahir ada kelainan pada tulang tengkorak Sabira.
Sehingga, organ dalam di kepala bayi perempuan itu ada yang menonjol keluar. ”Kalau kata dokter bukan penyakit seperti benjolan. Tapi, organ itu keluar karena tidak ada tulang yang menyangga,” ungkap Mamduchin.
Tim dokter pun merujuk bayi tersebut ke RSUD R. Soetrasno Rembang. Namun rumah sakit milik Pemkab Rembang itu angkat tangan dan merujuknya ke RSUP dr. Karyadi Semarang.
Dokter menyarankan agar dilakukan tindakan operasi terhadap bayi tersebut. Hanya saja, niat Mamduchin dan Siti Munawaroh untuk menyembuhkan anaknya urung dilakukan karena terkendala biaya.
Biaya untuk operasi saja dibutuhkan sekitar Rp 50 juta. Nominal tersebut belum termasuk biaya obat dan perawatan selama di rumah sakit. Mamduchin terpaksa membawa pulang anak pertamanya itu ke rumah di RT 1/RW 2, Desa Tegalmulyo, Kragan. ”Kalau biayanya Rp 5 juta – Rp 10 juta saya masih bisa,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, selama mengandung istrinya tak mengalami masalah apapun. Pada bulan keempat kehamilan, istrinya sempat melakukan cek ultrasonography (USG). Hasilnya saat itu baik-baik saja. ”Di bulan delapan sampai sembilan memang tidak cek USG lagi,” jelasnya.
Hingga saat ini, Sabira hanya dirawat keluarganya di rumah. Ada perban yang melingkari kepala bayi mungil itu. Secara fisik kondisi bayi tersebut tampak sehat. Hanya saja, ketika benjolan di kepalanya menyentuh sesuatu dia akan merasa sakit. (lid/lil)
Tim dokter pun merujuk bayi tersebut ke RSUD R. Soetrasno Rembang. Namun rumah sakit milik Pemkab Rembang itu angkat tangan dan merujuknya ke RSUP dr. Karyadi Semarang.
Dokter menyarankan agar dilakukan tindakan operasi terhadap bayi tersebut. Hanya saja, niat Mamduchin dan Siti Munawaroh untuk menyembuhkan anaknya urung dilakukan karena terkendala biaya.
Biaya untuk operasi saja dibutuhkan sekitar Rp 50 juta. Nominal tersebut belum termasuk biaya obat dan perawatan selama di rumah sakit. Mamduchin terpaksa membawa pulang anak pertamanya itu ke rumah di RT 1/RW 2, Desa Tegalmulyo, Kragan. ”Kalau biayanya Rp 5 juta – Rp 10 juta saya masih bisa,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, selama mengandung istrinya tak mengalami masalah apapun. Pada bulan keempat kehamilan, istrinya sempat melakukan cek ultrasonography (USG). Hasilnya saat itu baik-baik saja. ”Di bulan delapan sampai sembilan memang tidak cek USG lagi,” jelasnya.
Hingga saat ini, Sabira hanya dirawat keluarganya di rumah. Ada perban yang melingkari kepala bayi mungil itu. Secara fisik kondisi bayi tersebut tampak sehat. Hanya saja, ketika benjolan di kepalanya menyentuh sesuatu dia akan merasa sakit. (lid/lil)
Berita Terbaru :
- Bupati Kebumen Shalat Ied di Alun-alun Pancasila
- BNPB Salurkan Bantuan Bencana untuk Kebumen Rp 200 Juta
- Pedagang Pasar Tumenggungan Sebut Lebaran tahun ini tak Seramai Edisi Sebelumnya
- Polres Kebumen Terjunkan 146 Personel Amankan Malam Takbiran
- Lebaran, Warga Kebumen Berburu Ketupat di Pasar Tumenggungan
- Gelar Orasi Sambil Bagikan Takjil, Gerrak Ajak Warga Dukung RUU TNI
- Tim Futsal Selang Kembali Merajai Turnamen Futsal Fort Ramadhan 2025