IMAM/EKSPRES |
Bagi konter besar, mendapat keuntungan kecil, mungkin tidak lagi menjadi soal. Sebab meski keuntungan kecil, namun banyaknya pelanggan membuat keuntungan semakin berlipat. Namun bagi konter kecil, keuntungan minim dapat menjadi petaka. Belum lagi, kalau modal membuat konter didapat dari hasil pinjaman.
Pemilik Konter Jingga Cell yang beralamat RT 5 RW 2 Desa Kebulusan Pejagoan Agus Setiawan (28) menyampaikan, dulu harga persaingan pesat hanya terjadi di lingkup kota. Namun belakangan sudah merembes ke daerah pedesaan. Konter antar desa sudah saling bersaing harga. “Ada yang sampai mengatakan kalau Pejagoan termasuk Jalur Gaza (jalur konflik harga),” tuturnya, Minggu (18/11/2018).
Hal ini menurut Agus, sangat meresahkan. Dimana setiap pelanggan yang datang kerap kali membawa refrensi harga pulsa yang lebih murah di lain konter. Harga yang bersaing secara “tidak sehat” itu lebih banyak terjadi pada pulsa Paket Data Internet. “Kalau persaingan accesories mungkin tidak begitu menjadi soal, sebab accesories jarang dibutuhkan. Kalau pulsa saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok,” jelasnya.
Adanya fenomena itu, menurut Agus perlu adanya standarisasi harga pulsa khususnya paket data. Standarisasi dapat dibuat oleh pemerintah, provider atau paguyuban konter. Sebab hingga paguyuban konter memang belum ada. “Tujuan dari bisnis adalah untuk dapat hidup bersama dan mendapatkan keuntungan secara bersama. Untuk menghilangkan persaingan yang tidak sehat perlu adanya paguyuban,” katanya.
Agus yang sudah dua tahun menjalani bisnis konter menyampaikan persaingan tidak yang sehat di wilayah pedesaan terjadi baru beberapa bulan terakhir. Sebelumnya harga stabil. Pihaknya berharap harga kembali normal sehingga bisnis dapat berjalan dengan baik. “Harapannya semua dapat kembali normal,” ucapnya. (mam)