IMAM/EKSPRES |
“Apapun kondisinya, program pemagaran ini, pasti akan kita laksanakan,” tegas Komandan Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dandislitbang) TNI AD Mayor Inf Kusmayadi, Selasa (23/6/205).
Pernyataan Kusmayadi menyikapi aksi penolakan warga Desa Wiromartan Kecamatan Mirit, Selasa (23/6) pagi. Saat itu, ratusan warga berbondong-bondong mendatangi pesisir pantai selatan untuk menolak pelaksanaan pembangunan pagar yang sedang dilakukan 15 pekerja dan dikawal sejumlah anggota TNI. Dalam aksinya, massa sempat menghalang-halangi beberapa tukang batu, yang hendak membuat pagar. Bukan cuma itu, ratusan warga juga menutup kembali, galian tanah yang akan dijadikan pondasi pagar.
Ditegaskan Kusmayadi, aksi warga itu tak memengaruhi pembangunan pagar TNI AD. Menurutnya, pagar berduri yang dibangun mengitari area kawasan tembak TNI AD, merupakan program nasional dan dari pemerintah pusat sehingga tak bisa dihentikan di tengah jalan.
Tujuan dari pemagaran, mengamankan asset Negara dan juga untuk menjaga perbatasan. Selain itu kawasan tersebut selama ini memang digunakan untuk latihan TNI. Menurut Kusmayadi, sejumlah desa lain yang termasuk area pembangunan pagar juga tidak mempermasalahkan. Adanya pagar menurut dia lagi, tidak mengganggu aktivitas warga bercocok tanam dan mengolah lahan.
“Mengenai masalah yang terjadi saat ini kita kan melaporkan kepada Komandan Kodim. Adapun langkah selanjutnya belum bisa kita sampaikan, yang jelas program pemagaran pasti akan dilanjutkan,” terangnya.
Sementara itu, koordinator aksi warga Widodo Sunu Nugroho mengatakan, warga tetap secara tegas menolak pemagaran oleh TNI AD. Penolakan itu tak hanya datang dari Desa Wiromartan tetapi juga warga Desa Petangkuran Kecamatan Ambal. Masyarakat kedua desa tersebut, pasti akan terus melaksanakan penolakan pemagaran hingga sampai kapanpun. “Ya… kita akan kompak dan akan terus menolak pambangunan pemagaran,” tandas pria yang juga Kepala Desa Wiromartan Kecamatan Mirit tersebut.(mam/cah)