• Berita Terkini

    Selasa, 23 Juni 2015

    Anak-anak Ini Tantang Bahaya demi Acara Ngabuburit

    Anak-anak Ini Tantang Bahaya demi Acara Ngabuburit
    IMAM/ESKPRES
    KEBUMEN (Kebumen Ekspres)-Ada banyak cara untuk menunggu waktu berbuka puasa, atau yang lazim disebut dengan istilah ngabuburit. Warga di Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan dan sekitarnya, mempunyai kegiatan ngabuburit yang cukup menantang.

    Setiap sore menjelang waktu maghrib di bulan puasa, Mereka akan berkumpul di sepanjang bantaran rel kereta untuk menunggu buka. tepatnya di bagian timur stasiun Sokka yang setiap sore ramai didatangi para pengunjung. Para pengunjung tersebut terdiri dari semua usia, mereka berkerumun dan bermain di sepanjang rel kereta api (KA).

    Setiap kali ada kereta yang hendak lewat para pengunjung secara bersama-sama akan meninggalkan rel kereta api. Sesaat kemudian, setelah kereta lewat para pengunjung tersebut akan kembali duduk rel kereta api. Banyak hal yang bisa mereka lakukan ditempat itu, mulai dari sekedar tangkrong, memukul bantalan rel dengan batu, atau bahkan menggilas sebuah paku pada kereta api yang lewat.

    Terlihat anak-anak pun dengan cekatan, menancapkan paku pada sebuah kayu. Kayu tersebut kemudian diselipkan pada rel KA, dengan paku posisi terbaring di bantalah rel. kemudian setelah kereta lewat, dengan suka cita mereka memungut kembali. Paku yang telah digilas KA akan menjadi gepeng dan tampak seperti pisau.
    ”Tempat ini setiap hari menjelang maghrib selalu ramai. Warga yang terdiri dari orang tua, remaja dan anak-anak ini, memang cukup besar nyalinya. Padahal kurang hati-hati sedikit saja, nyawa taruhannya,” tutur Agus (21) salah satu pengunjung  kepada kebumenekspres.com, Senin (22/6/2015).

    Menurutnya, Para pendatang tersebut, sudah terbiasa ngabuburit di rel KA dan sudah hafal benar kapan waktunya KA lewat. Kendati berbahaya dan penuh resiko, namun sejauh ini belum pernah ada korban tertabrak kereta api.  "Kan bareng-bareng sehingga kalau akan ada kereta yang lewat, pasti tahu. Lagian tempat ini dekat dengan pintu perlintasan dan stasiun," katanya.

    Sementara itu, Ibnu Pamungkas (36) yang juga merupakan salah satu pengunjung mengatakan,  beberapa kali petugas stasiun Sokka melakukan penertiban. Akan tetapi namanya juga tradisi maka tentunya sulit untuk di hilangkan. Biasanya para petugas langsung turun dan dengan menggunakan pengeras suara menyampikan, bahaya dan larangan ngabuburit di sini. “Sama halnya seperti larangan mandi di laut, meskipun telah berkali-kali dilaksanakan penertiban tetap saja pengunjung banyak yang mandi,” terangnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top