JANGAN kaget kalau ada iklan. Iklan itu banyak manfaatnya. Yang pertama tentu saja bagi yang pasang iklan. Setidaknya apa yang ingin mereka tampilkan dikenal oleh khalayak. Setelah dikenal, baru mereka "disayang". Bila sudah begitu, tujuan pemasang memasang iklan pun tercapai. Artinya lagi, iklan bermanfaat bagi pemasangnya.
Demikian pula dari sisi media, iklan jelas bermanfaat. Iklan sama saja dengan besaran oplah. Keduanya sama-sama mendatangkan income (pemasukan). Adanya income berarti media bisa memenuhi kewajibannya kepada karyawannya. Mulai dari yang setiap pagi mengantar koran ke rumah-rumah pelanggan, mereka yang berkeringat mencari berita dan bagi mereka yang mengurus iklan itu sendiri, termasuk mereka yang mencuci piring dan gelas kotor di kantor.
Makin banyak iklannya dan makin besar oplahnya makin sehat pula medianya. Kalau sebuah media sudah sehat, karyawan yang bekerja di media itu bakal terjamin kesejahteraannya. Kalau sudah sejahtera, kerjanya harus maksimal. Kalau karyawan bekerja maksimal, output media bagus. Berita-berita yang ditulis wartawannya juga bagus dan benar-benar bermanfaat bagi pembaca (masyarakat).
Secara tidak langsung adanya iklan di media juga mendatangkan manfaat bagi pembaca dan masyarakat bukan?
Nah, kalau boleh mengilustrasikan, asas manfaat itu juga berlaku bagi momen Pilkada yang segera akan berlangsung. Dalam hal ini, seluruh pihak yang terkait harus mendapat manfaat dari pesta demokrasi tersebut. Tidak terkecuali. Baik pemerintah, peserta Pilkada dan tentu saja masyarakat pemilih.
Di situ, media dapat mengambil peran. Insan pers sebagai pilar demokrasi keempat wajib memberikan informasi/berita yang benar, jernih dan obyektif terhadap peristiwa-peristiwa yang berkait dengan Pilkada. Media tidak boleh memihak kepada salah satu kontestan tertentu. Sebab, media bukan sebagai "corong" bagi kontestan tertentu ( terutama yang masang iklan). Baik ngiklan atau tidak, media harus memberi porsi yang sama kepada mereka yang nantinya menjadi kandidat.
Apalagi, media membawa amanat dari pembaca dan masyarakat: mencari figur pemimpin yang baik, dan benar-benar peduli adalah hak masyarakat. Jangan sampai masyarakat sampai salah memilih pemimpin mereka di lima tahun medatang!
Begitupun saat sudah ada yang terpilih. Media lagi-lagi harus menjalankan fungsinya. Obyektif "menilai" kinerja kandidat terpilih (baca bupati wakil bupati)dan menyampaikan suara dari rakyat yang dipimpin. Harapannya, keberadaan pemimpin, media dan masyarakat menjadi mitra yang bertujuan sama dan saling mengingatkan dalam upaya membangun kehidupan yang semakin baik, dari hari ke hari dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, harapan besar akan adanya manfaat lebih besar akan terwujud. Media yang bermanfaat bagi masyarakat dan pemimpin bermartabat yang bermanfaat bagi rakyat yang dipimpinnya. Semoga!
Cahyo Kuncoro
Asisten Redaktur Harian Pagi Kebumen Ekspres
Demikian pula dari sisi media, iklan jelas bermanfaat. Iklan sama saja dengan besaran oplah. Keduanya sama-sama mendatangkan income (pemasukan). Adanya income berarti media bisa memenuhi kewajibannya kepada karyawannya. Mulai dari yang setiap pagi mengantar koran ke rumah-rumah pelanggan, mereka yang berkeringat mencari berita dan bagi mereka yang mengurus iklan itu sendiri, termasuk mereka yang mencuci piring dan gelas kotor di kantor.
Makin banyak iklannya dan makin besar oplahnya makin sehat pula medianya. Kalau sebuah media sudah sehat, karyawan yang bekerja di media itu bakal terjamin kesejahteraannya. Kalau sudah sejahtera, kerjanya harus maksimal. Kalau karyawan bekerja maksimal, output media bagus. Berita-berita yang ditulis wartawannya juga bagus dan benar-benar bermanfaat bagi pembaca (masyarakat).
Secara tidak langsung adanya iklan di media juga mendatangkan manfaat bagi pembaca dan masyarakat bukan?
Nah, kalau boleh mengilustrasikan, asas manfaat itu juga berlaku bagi momen Pilkada yang segera akan berlangsung. Dalam hal ini, seluruh pihak yang terkait harus mendapat manfaat dari pesta demokrasi tersebut. Tidak terkecuali. Baik pemerintah, peserta Pilkada dan tentu saja masyarakat pemilih.
Di situ, media dapat mengambil peran. Insan pers sebagai pilar demokrasi keempat wajib memberikan informasi/berita yang benar, jernih dan obyektif terhadap peristiwa-peristiwa yang berkait dengan Pilkada. Media tidak boleh memihak kepada salah satu kontestan tertentu. Sebab, media bukan sebagai "corong" bagi kontestan tertentu ( terutama yang masang iklan). Baik ngiklan atau tidak, media harus memberi porsi yang sama kepada mereka yang nantinya menjadi kandidat.
Apalagi, media membawa amanat dari pembaca dan masyarakat: mencari figur pemimpin yang baik, dan benar-benar peduli adalah hak masyarakat. Jangan sampai masyarakat sampai salah memilih pemimpin mereka di lima tahun medatang!
Begitupun saat sudah ada yang terpilih. Media lagi-lagi harus menjalankan fungsinya. Obyektif "menilai" kinerja kandidat terpilih (baca bupati wakil bupati)dan menyampaikan suara dari rakyat yang dipimpin. Harapannya, keberadaan pemimpin, media dan masyarakat menjadi mitra yang bertujuan sama dan saling mengingatkan dalam upaya membangun kehidupan yang semakin baik, dari hari ke hari dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, harapan besar akan adanya manfaat lebih besar akan terwujud. Media yang bermanfaat bagi masyarakat dan pemimpin bermartabat yang bermanfaat bagi rakyat yang dipimpinnya. Semoga!
Cahyo Kuncoro
Asisten Redaktur Harian Pagi Kebumen Ekspres