ISTIMEWA |
Kepala TK Mekarsari Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoan Hj Siti Saminatus Sangadah SPd MM mengatakan ada dana sebanyak Rp 20,160 juta yang merupakan tabungan 53 siswa yang masih "tertahan" di bank tersebut. Harusnya, sesuai perjanjian awal, tabungan itu bisa diambil di akhir tahun. Namun saat sekolah berusaha mengambil hak mereka itu, pihak bank justru terkesan mempersulit."Upaya untuk mengambil tabungan sudah kerap kami lakukan tapi sampai saat ini belum juga bisa," katanya, Rabu (10/6/15)
Pihak bank, katanya, sempat surat pernyataan akan bahwa mengembalikan semua tabungan pada Jumat (5/6) lalu. Akan tetapi pihak BMT kembali mengingkari janjinya dan kembali menjanjikan akan mencairkannya Senin (7/6). Lagi-lagi, janji itu tinggal janji. Oleh karena itu, pihaknya akan membawa persoalan ini ke ranah hukum. “Kita sudah cukup bersabar. Kita sangat menyesalkan atas tindakan yang dlakukan oleh BMT Alfassalam,” katanya kepada Ekspres, Rabu (10/6).
Belakangan diketahui, persoalan serupa juga dialami SDN 1 dan 2 Kebulusan Kecamatan Pejagoan. Ketika dimintai keterangan, Kepala Sekolah SDN 2 Kebulusan Suparno SPdI mengatakan, jumlah nominalnya tabungan siswa SDN 1 Kebulusan sebesar Rp 20 juta, dan SDN 2 Kebulusan sebesar Rp 17 juta. Sehingga total ada Rp 57 juta hanya dari tiga sekolah yang dananya masih tertahan di BMT yang sama.
Jumlah itu lantas bertambah ketika salah satu guru TK Siti Khotijah di Desa Kuwayuhan Kecamatan Pejagoan Sumiyati (57) mengaku masih belum bisa menarik uang tabungan 62 siswanya dengan julah total mencapai Rp 20 juta. "Kami sudah tak tahu lagi apa yang harus kami lakukan. Kita juga pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh para wali murid,” keluhnya.
Sementara itu Manajer BMT Alfassalam Putu Ekayana SE ketika ditemui di rumah kontrakannya, RT 5 RW 2 Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoan, enggan untuk memberi keterangan kepada media.“Kita akan mencoba untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan,” katanya singkat.
Salah satu Komite SDN 1 Kebulusan Zuber Samsu Sos mengatakan sangat menyesalkan dengan adanya kejadian seperti ini. Menurutnya BMT Alfassalam bukan cuma merugikan secara materiil berbentuk uang saja. Akan tetapi kerugian yang lebih besar justra kerugian imateriil berupa trauma anak untuk menabung di Bank. Dijelaskannya usia anak merupaka usia emas, yang mana semua kejadian yang dialaminya akan terekam dan akan membentuk sebuah karakter.
“Ketika kita sedang mencoba untuk membuat anak-anak gemar menabung, justru malah dirusak oleh pihak BMT Alfassalam. Hal ini dapat menimbulkan trauma pada anak untuk tidak percaya menabung di Bank,” paparnya. (mam)