IMAM/ESKPRES |
Dalam orasinya salah satu peserta aksi Yaya Septia Khuri Sangadah mengatakan, saat ini orang yang berkebutuhan khusus sering diabaikan dan termarjinalkan. Bahkan hak mereka belun terpenuhi secara pasti, mereka juga manusia yang seharusnya mempunyai hak yang sama untuk hidup dan mendapatkan fasilitas pendidikan sebagamana manusia pada umumnya. “Mari kita tengok disekitar kita, khususnya di kota kita tercinta, Kota Kebumen. Banyak dari saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus yang belum bisa merasakan nikmatnya memakai seragam sekolah dan bagaimana senangnya bermain dengan teman sebayanya,” tegasnya.
Disampaikannya juga bahwa tidak ada seorangpun menginginkan lahir dalam kondisi yang cacat, akan tetapi takdirlah yang telah menjadikan meraka menjadi berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun demikian seyogyanya mereka tidak diperlakukan diskriminatif dan dibedakan dengan manusia lainnya. Pasalnya mereka juga punya jiwa, rasa karsa dan potensi. Sayangnya saat ini jarang sekali ada yang mau mengali dan mengarahkan potensi mereka. “Seandainya mereka diberi kesempatan yang sama saya yakin mereka mampu menunjukan bahwa mereka juga bisa berprestasi,” jelasnya.
Saat ini lanjutnya, telah dibangun rumah Inklusif, yang merupakan tempat belajar (sekolah) bagi kaum Difabel. Sekolah ini adalah tempat bagi setiap anak belajar secara formal untuk mendapatkan layanan pendidikan sebagai bekal mereka dalam menghadapi masa depannya. Dijelaskanya rumah yang bertempat di kompleks Mushala Al Furqon, RT I RW I Desa Kembaran Kecamatan Kebumen telah diresmikan sebagai Rumah Inklusif pada , Sabtu (16/5/2015) lalu. “Peresmian ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Staf Ahli Bupati Kebumen Bidang Kemasyarakatan Pujiono, Rektor IAINU Kebumen Dr Imam Satibi MPdI dan aktivis dari Indonesia Disabled Care Community (IDCC) Jakarta Endang Setyati,” jelasnya. (mam)