FOTO itu diambil dari akun facebook Leo Messi (akun fb Lionel Messi, striker Barcelona dan timnas Argentina). Kebetulan saya adalah satu dari jutaan penggemar Messi yang tersebar di seluruh belahan dunia. Bagi saya dan Messimania lainnya, Lionel Messi adalah sosok pesepakbola yang luar biasa. Sang Fenomena kami menyebutnya.
Tentu pendapat itu akan berbeda bagi yang tidak menyukainya. Dan saya yakin, penggemar Messi seperti saya tidak akan menyalahkan mereka. Suka tidak suka itu subyektif, tergantung masing-masing. Sama alasannya ketika ada pertanyaan apakah anda menyukai Diego Armando Maradona?
Hanya akan sedikit alternatif untuk pertanyaan itu: Suka, suka sekali, tidak terlalu suka, tidak suka atau tidak tahu. Tapi bagaimana bila pertanyaan ini: mengapa anda menyukai Messi, Maradona atau hal lainnya? Jawabannya akan beraneka ragam.
Kembali ke soal Messi. Ijinkan saya mengatakan apa yang membuat saya suka kepadanya bukan Maradona atau lainnya. Jawabannya tentu sangat subyektif. Dan tentu saja anda boleh tidak sependapat atau bahkan menyanggahnya.
Saya menyukainya Messi untuk beberapa alasan. Alasan pertama, Messi adalah seorang atlet yang dikaruniai skill dan kemampuan luar biasa dalam cabang yang digelutinya, sepak bola. Bagi yang suka sepak bola akan mengerti gambaran kehebatan Messi ini. Messi hebat karena memiliki kecepatan sama baiknya, saat atau tanpa bola di kakinya.
Kehebatan itu dilengkapi dengan kemampuannya merubah arah seketika sehingga mudah memperdaya lawan-lawannya. Selain itu, Messi dimiliki kemampuan membaca permainan di lapangan. Kemampuan disebut terakhir tidak banyak dimiliki pesepak bola lain. Keistimewaan itu membuat seorang Messi bisa mengubah arah pertandingan yang memberikan keuntungan bagi tim yang dibelanya.
Soal kompletnya kemampuan Messi, dunia sudah mengakuinya. Di usianya yang baru 28 tahun pada 24 Juni 2015 lalu, dia sudah meraih 4 kali trofi pemain terbaik dunia (ballon d'or). Berikutnya, meraih tiga gelar di musim ini bersama Barcelona: La Liga, Copa del Rey dan Liga Champions eropa. Messi juga terus melahirkan rekor dalam setahun terakhir.
Dengan koleksi 253 gol dari 289 pertandingan, Messi menjadi pencetak gol terbanyak La Liga melewati rekor legenda Athletic Bilbao, Telmo Zarra, yang sudah bertahan 59 tahun (251 gol dari 278 pertandingan). Di level Eropa, Messi kembali menciptakan rekor fantastis. Messi menjadi pencetak gol terbanyak di pentas Liga Champions dengan 74 gol, dan melewati rekor Raul Gonzales (eks penyerang Real Madrid) menjadi 74 gol dari 91 pertandingan. Dengan usianya masih 28, torehan gol Messi di La Liga dipastikan masih akan bertambah banyak. Sebuah rekor yang mungkin tidak akan bisa dilewati lagi.
Alasan kedua saya menyukai Messi adalah perjuangannya hingga bisa seperti sekarang ini. Messi kecil terlahir di Rosario, Argentina, dan bukan golongan orang kaya. Bahkan ia sempat mengalami kelainan pada hormon yang membuatnya terancam tidak tumbuh seperti orang normal. Butuh suntikan hormon setiap hari agar Messi bisa tumbuh normal. Itu artinya, biayanya sangat mahal.
Saking mahalnya, orang tua Messi tak sanggup membiayai perawatan anaknya itu. Hingga akhirnya, Klub eropa Barcelona mengambil, membiayai pengobatannya. Sebagai bagian dari kesepakatan, Messi meninggalkan kampung halamannya di Argentina pada usia 13 tahun untuk bergabung dengan akademi sepak bola Barcelona, La Masia. Di usia seperti itu, Messi sudah harus tinggal ribuan kilometer dari tanah airnya dan "kehilangan masa remajanya" dalam tempaan akademi La Masia yang tersohor itu.
Pengorbanan orang tua serta Messi sendiri berbuah seperti sekarang. Nyaris tak ada lagi yang harus dibuktikan seorang Lionel Messi di sepak bola.
Kalaupun ada, itu adalah kiprah Messi bersama timnas negaranya, Argentina. Hebat luar biasa secara individu, Lionel Messi belum membawa pulang Piala Dunia ke negara asalnya. "Noda" inilah yang membuatnya "berbeda" dengan pendahulunya, Diego Armando Maradona.
Maradona adalah sejarah bagi Argentina. Era keemasan Maradona dan Argentina 1970-1990 bahkan masih terasa hingga kini. Itu setelah dua dasawarsa terakhir, belum ada satupun pesepakbola Argentina yang dianggap bisa menyamai skill, kehebatan dan prestasi Maradona.
Puluhan talenta yang awalnya bisa diharapkan sepadan dengan Maradona berakhir tak seperti seindah bayangan. Hingga ada seorang pesepakbola asal Argentina, Lionel Messi pada pertengahan 2000 lalu. Kemampuan Messi seperti yang sudah disebutkan di atas, mengingatkan gaya bermain sepak bola milik Maradona.
Tapi, sehebat apapun Messi sekarang ini, belum mampu menghapus bayang-bayang Maradona. Ya itu tadi, alasannya karena Messi belum memberikan piala dunia bagi Argentina.
Tapi Messi sudah jadi legenda, setidaknya bagi para penggemar sepak bola. Soal apakah ia sudah pantas disamakan dengan Maradona atau belum, itu lain soal. Namun, para penggemar tak perlu menunggu seorang Lionel Messi mendapatkan trofi piala dunia pertamanya. Bisa saja Messi seumur hidupnya tak pernah meraih trofi idaman setiap pesepak bola di dunia itu.
Tanpa atau dengan trofi piala dunia, Messi sudah layak dikenang di masa mendatang dan dicontoh di saat ini. Messi adalah contoh pengorbanan, kerja keras pantang menyerah dan kemauan untuk terus belajar. Itu sudah cukup bagi Messi untuk menginspirasi anak-anak di seluruh dunia, termasuk anak-anak dan generasi muda di Kebumen ini.
Pencapaian Messi adalah buah dari kombinasi pas bakat alam semangat, kerja keras pengorbanan dan disiplin. Ditambah sistem dan lingkungan yang mendukung untuk sebuah keberhasilan. Mungkin sulit meniru seorang Messi. Mungkin juga akan terlalu lama menunggu sistem dan lingkungan mendukung terciptanya individu-individu yang berhasil.
Tapi etos kerja, kerja keras disiplin dan mau belajar terus menerus ala Messi bisa dilakukan siapa saja. Dan, itu berlaku di semua sisi kehidupan dan bukan semata sepak bola.
Kata teman saya, kerja keras disiplin dan mau belajar sudah cukup menjadi syarat cukup bagi sebuah keberhasilan. Namun, sebuah keberhasilan individu tak akan banyak berarti tanpa kemanfaatan bagi orang di sekitarnya dan masyarakat di sekelilingnya. Sebuah keberhasilan mesti dibarengi dengan niat tulus dan hati bersih untuk berbagi. "Keberhasilan individu baru akan menjadi keberhasilan sesungguhnya jika individu sukses itu memberi dampak positif bagi orang lain dan masyarakat."
"Sukses sebagai individu dan bermanfaat bagi orang lain tidak bisa terjadi kalau masih ada nafsu pribadi. Keberhasilan individu namun bergelimang nafsu pribadi hanya akan melahirkan kesombongan. Orang seperti itu akan berakhir suul khatimah," ujar teman saya itu. Saya mempercayai kata-katanya. Tapi anda tidak harus sependapat dengan kami.
Cahyo Kuncoro
Assisten redaktur harian Pagi Kebumen Ekspres