Menu Spesial itu Kini Bisa Dinikmati Nyaris Setiap Hari
BAGI masyarakat Jawa dan Kebumen khususnya di pedesaan, mogana adalah menu spesial dan tidak bisa dijumpai setiap hari. Menu sebagai simbol rasa syukur dan doa agar senantiasa diberi keselamatan itu hanya hadir saat musim panen, atau ketika ternak sapi melahirkan. Jadi, bisa dikatakan hanya disajikan dua atau tiga kali dalam setahun.
-------------------
Cahyo, Puring
------------------
OLEH sebab itu, mogana disajikan spesial dan menjadi menu favorit dan ditunggu. Mogana sendiri adalah lauk pauk pelengkap nasi. Bahannya, kelapa yang diparut (warga menyebutnya dengan serundeng) dicampur tempe ikan asin dan bumbu dapur komplet. Gurihnya makin komplet dengan menu tambahan daging ayam kampung. Seluruh bahan itu dicampur menjadi satu dan dikukus.
Ada dua cara penyajian mogana ini. Yakni langsung dicampur dengan nasi (tumpeng) atau dipisahkan dan dibungkus menggunakan daun pisang. Sebagai penambah cita rasa, bisa ditambahkan kikil, udang atau kepiting. Nantinya, disantap beramai-ramai, baik di sawah ketika masa panen atau disantap bersama-sama di rumah ketika syukuran sapi melahirkan.
Bagi yang penasaran, tak harus menunggu lama untuk menikmati menu spesial itu. Kita bisa memerolehnya di kawasan Pantai Bopong, Desa Surorejan Kecamatan Puring. Hampir seluruh pedagang di pantai itu, menyajikan menu mogana lengkap dengan nasinya.
Salah satu pedagang yang menyajikan adalah Mujiyani (41). Bisa dikatakan, dialah yang mempopulerkan pertama kali. "Awalnya saya berpikir makanan apa yang kira-kira dijual laris. Akhirnya saya punya ide bikim mogana. Alhamdulillah, laris dan warung lain ikut menjual," kata istri Nurdin itu.
Lantaran mudah mendapatkan ikan, Mujiyani menambahkan mogananya dengan kepiting. Atau bisa juga dinikmati bersama dengan sate yutuk. Ternyata idenya itu diterima oleh lidah konsumennya. Apalagi, harganya relatif murah Rp 5 ribu perbungkus. Selain menyediakan di warung sekaligus rumahnya yang berada di pantai itu, Mujiyani juga menerima pesanan. "Banyak pegawai (PNS,red) yang datang dari kota hanya untuk makan mogana. Akhirnya keterusan, dan sering pesan kalau ada acara-acara kantor," ujar Mujiyani.
Tertarik untuk menikmati mogana di tengah indahnya pantai?
CAHYO/EKSPRES Menu Mogana kini bisa dinikmati di pantai Surorejan,Kecamatan Puring |
BAGI masyarakat Jawa dan Kebumen khususnya di pedesaan, mogana adalah menu spesial dan tidak bisa dijumpai setiap hari. Menu sebagai simbol rasa syukur dan doa agar senantiasa diberi keselamatan itu hanya hadir saat musim panen, atau ketika ternak sapi melahirkan. Jadi, bisa dikatakan hanya disajikan dua atau tiga kali dalam setahun.
-------------------
Cahyo, Puring
------------------
OLEH sebab itu, mogana disajikan spesial dan menjadi menu favorit dan ditunggu. Mogana sendiri adalah lauk pauk pelengkap nasi. Bahannya, kelapa yang diparut (warga menyebutnya dengan serundeng) dicampur tempe ikan asin dan bumbu dapur komplet. Gurihnya makin komplet dengan menu tambahan daging ayam kampung. Seluruh bahan itu dicampur menjadi satu dan dikukus.
Ada dua cara penyajian mogana ini. Yakni langsung dicampur dengan nasi (tumpeng) atau dipisahkan dan dibungkus menggunakan daun pisang. Sebagai penambah cita rasa, bisa ditambahkan kikil, udang atau kepiting. Nantinya, disantap beramai-ramai, baik di sawah ketika masa panen atau disantap bersama-sama di rumah ketika syukuran sapi melahirkan.
Bagi yang penasaran, tak harus menunggu lama untuk menikmati menu spesial itu. Kita bisa memerolehnya di kawasan Pantai Bopong, Desa Surorejan Kecamatan Puring. Hampir seluruh pedagang di pantai itu, menyajikan menu mogana lengkap dengan nasinya.
Salah satu pedagang yang menyajikan adalah Mujiyani (41). Bisa dikatakan, dialah yang mempopulerkan pertama kali. "Awalnya saya berpikir makanan apa yang kira-kira dijual laris. Akhirnya saya punya ide bikim mogana. Alhamdulillah, laris dan warung lain ikut menjual," kata istri Nurdin itu.
Lantaran mudah mendapatkan ikan, Mujiyani menambahkan mogananya dengan kepiting. Atau bisa juga dinikmati bersama dengan sate yutuk. Ternyata idenya itu diterima oleh lidah konsumennya. Apalagi, harganya relatif murah Rp 5 ribu perbungkus. Selain menyediakan di warung sekaligus rumahnya yang berada di pantai itu, Mujiyani juga menerima pesanan. "Banyak pegawai (PNS,red) yang datang dari kota hanya untuk makan mogana. Akhirnya keterusan, dan sering pesan kalau ada acara-acara kantor," ujar Mujiyani.
Tertarik untuk menikmati mogana di tengah indahnya pantai?