• Berita Terkini

    Rabu, 17 Juni 2015

    PROGRAM SATU DESA SATU PRODUK

    PROGRAM SATU DESA SATU PRODUK: STRATEGI HILIRISASI INDUSTRI LOKAL BERBASIS KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN KEBUMEN



    PROGRAM SATU DESA SATU PRODUKKabupaten Kebumen menyimpan berbagai macam potensi daerah yang selama ini menjadi komoditas unggul dan menjadi kebanggaan masyarakat kebumen. Salah satu komoditas unggulan yang melimpah dan belum dioptimalisasi adalah komoditas kelapa. Kabupaten Kebumen merupakan sentra komoditas kelapa, baik kelapa deres (untuk gula kelapa) maupun kelapa sayur (untuk industri minyak kelapa, bahan baku kosmetik atau sabut kelapa). Luas area untuk kelapa deres 916 hektar dengan produksi 10.305 ton atau 28.625 kg/hari.


    Perkebunan ini tersebar di 11 kecamatan, sedangkan pengembangan untuk kelapa deres  seluas sekitar 2.215 hektar dengan produksi 29.916 ton/tahun. Luas areal untuk kelapa sayur 32.393 hektar dengan kapasitas produksi 24.897 ton/tahun. Beberapa sentra pengepul produk buah segar dapat dijumpai di wilayah kecamatan prembun, kutowinangun, petanahan, klirong dan beberapa tempat di wilayah urut sewu. Sebagian besar produk kelapa dari kebumen dijual keluar daerah dalam bentuk buah segar, masih sedikit prosentase untuk produk olahan berbasis kelapa.

    Potensi Produk lokal berbasis Kelapa

    Daya saing produk kelapa terletak pada industri hilirnya, yaitu industri pengolahan kelapa. Produk akhir kelapa yang sudah berkembang baik adalah minyak kelapa sehat, minyak kelapa mentah, santan kelapa, minyak kelapa murni, karbon aktif, gula kelapa, tambang sabut kelapa, keset sabut kelapa, kerajinan batok kelapa. Produk-produk olahan kelapa tersebut sudah masuk pasar ekspor dengan perkembangan yang sangat pesat. Secara makro, permintaan pasar ekspor untuk produk olahan kelapa menunjukkan trend yang meningkat. Pasar minyak kelapa mentah dan minyak kelapa murni untuk ekspor mempunyai kecenderungan yang meningkat dalam 5 tahun terakhir.

    Indonesia  merupakan produsen kelapa nomer satu dunia disusul India dan Filipina,  namundemikan karena   sebagian   besar   dimanfaatkan   untuk memenuhipermintaan  dalam  negeri,  mengakibatkan pangsa  pasarminyak  kelapa  Indonesia  di  pasar  internasional  relatif  kecil.Berbeda  dengan  Filipina  yang  merupakan  produsen  kelapa nomer tiga dunia,   namun   80 persen produknya  diekspor.  Kebutuhan dunia  akan  minyak  kelapa dan  kopra  sebagian besar dipasok oleh Filipina.Filipina juga merajai pasar ekspor dengan 125 jenis produk olahan berbasis kelapa sedangkan indonesia baru dapat memproduksi 25 jenis produk olahan berbasis kelapa.

    Optimalisasi Komoditas Kelapa Melalui Pendekatan OVOP

    Dalam rangka mengoptimalisasi komoditas kelapa di kabupaten kebumen konsepone village one product(OVOP)/ satu desa satu produk sangat relevan untuk diimplementasikan. Desa sebagai unit pemerintahan terkecil perlu didorong untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki agar dapat mencapai kemandirian baik kemandirian ekonomi maupun kemandirian sosial.Konsep satu desa satu produk diperkenalkan pertama kali pada tahun 1979 oleh Hiramatsu,Gubernur daerah Oita di Jepang. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk membangun daya saing suatu desa atau wilayah tertentu. Pendekatan ini didasari pada keyakinan  bahwa daya saing suatu desa (daerah) akan dapat dibangun jika desa  yang bersangkutan memfokuskan kegiatan masyarakat untuk menghasilkan satu produk yang dipandang merupakan produk unggulan desa tersebut. Menurut Hiramitsu, ada enam langkah untuk menjadikan program OVOP berhasil, yaitu: membangun kesadaran masyarakat, mengenali potensi daerah, memiliki ketekunan , membuat produk-produk yang berharga dan berdaya saing tinggi, menjaga mata rantai pemasaran (marketing), serta meningkatkan sumberdaya manusia (SDM).Konsep OVOPjuga telah diadopsi di Thailand dengan nama OTOP (one tamboon/desa, one product). Pengembangan OVOP di Kabupaten Kebumendiharapkan dapat menghindarkan adanya persaingan tidak sehat diantara desa-desa bertetangga karena setiap desa dapat mengembangkan produk unggulan yang saling berbeda dan karenanya dapat mengisi pasar yang sama tanpa harus bersaing secara langsung. Dengan demikian maka kejenuhan pasar akibat membanjirnya produk yang sama dipasar dapat dicegah. OVOP juga memungkinkan bagi desa untuk saling bersinergis untuk menciptkan nilai tambah suatu komoditas. Perbedaan kompetensi dan sumberdaya yang dimiliki oleh setiap desa dapat diarahkan untuk mendorong adanya kerjasama dalam menciptakan suatu produk yang berdaya saing dan dapat dipasarkan di luar desa tersebut. Melalui program OVOP diharapkan dapat mewujudkan kemandirian, kreativitas dan kesejahteraan masyarakat setempat. Pemerintah daerah harus mendorong masyarakat lebih kreatif dan inovatif. Pengembangan produk unggulan melalui pendekatan Ovop merupakan salah satu model kegiatan sebagai penjabaran kebijakan pemerintah sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.Pendekatan OVOP juga dapat mendorong inovasi dan semangat kewirausahaan pada masyarakatpedesaaan.

    Peran Strategis Pemerintah Kabupaten Kebumen

    Pemerintah Kabupaten Kebumen berperan penting dalam pengembangan program OVOP untuk meningkatkan daya saing industri lokal berbasi kelapa. Pemerintah daerah dituntut untuk selalu meningkatkan kreativitas dan inovasi masyarakat agar dapat memproduksi produk khas lokal yang sesuai standar internasional. Selain itu, pemerintah daerah perlu mengeluarkan dasar hukum bagi pengembangan produk unggulan yang akan dikembangkan melalui program OVOP, sehingga dapat menjadi dasar bagi seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bagi terciptanya sinergitas dan keterpaduan dalam kegiatan tersebut. Upaya memperkuat kelembagaan koperasi dan UKM, pendampingan teknik peremajaan pohon kelapa, teknik pengolahan buah kelapa, teknik desain kemasan produk, saluran pemasaran, pengadaan teknologi dan sarana produksi merupakan peran lain yang dapat dapat dilakukan oleh pemerintah kabupaten melalui Dinas Koperasi dan UMKM dalam mengimplementasikan program OVOP. Perlu dipahami juga bahwa keberhasilan implementasi program ovop sangat ditentukan oleh partisipasi aktif dari seluruh masyarakat dan lintas pelaku yang ada di Kabupaten kebumen. Oleh karenya kegiatan OVOP tidak bisa hanya mengandalkan Dinas Koperasi dan UKM, butuh peran instansi lainnya.

    Sebagai penghasil komoditas kelapa, Kabupaten Kebumen perlu menyusun strategi pengembangan UKM dengan mendasarkan konsep OVOP. Buah kelapa yang melimpah di wilayahKebumen ini dapat diolah dengan berbagai produk turunan seperti minyak kelapa murni (VCO), minyak kelapa mentah, sabut kelapa, arang batok kelapa, tali dari sabut kelapa, asap kelapa dan produk turunan lainnya. Pengolahan buah kelapa akan menambah nilai ekonomi dari kelapa dan dapat memberdayakan masyarakat.
    Permintaan yang tinggi akan produk turunan dari buah kelapa baik dari dalam negeri dan luar negeri memberikan peluang bagi Kabupaten Kebumen untuk memaksimal komoditas buah kelapa sebagai komoditas unggulan daerah. Data dari Kementrian PertanianRI menunjukkan bahwa rata-rata permintaan produk yang berbasis kelapa berasal dari negara amerika, inggris, cina, belanda, jepang dengan nilai ekspor rata-rata mencapai lebih dari 1.500.000 dolar amerika serikat per tahun, sedangkan sampai saat ini Kabupaten Kebumen hanya dapat mengirimke negara lain dalam bentuk produk sabut kelapa.Itupun karena volumenya masih sangat kecil dan tidak kontinyu.  Implementasi program OVOP diharapkan akan lebih mendorong daya saing komoditas lokal dan kreativitas lokal di Kabupaten Kebumen dalam menyongsong perdagangan bebas di kawasan ASEAN. (*)

    Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed Purwokerto, Kandidat Doktor di Program Doktor Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM Yogyakarta, Pemerhati dan Pendamping UMKM.


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top