WIDARTO/ESKPRES |
Hebatnya lagi, kakek yang tinggal di RT 04 RW 01 Dusun Cikalan Desa Bulus Gebang itu tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai lelaki muslim, yakni menegakkan salat dan puasa ramadhan.
Mbah Kasan selalu bangun pukul 03.00 WIB, ketika masjid di Desa Bulus mengumandangkan ajakan untuk makan sahur. Ia masak seadanya lalu makan sahur dan berniat menjalankan puasa. "Istri sudah meninggal, jadi sahur juga disiapkan sendiri," tuturnya.
Fisik yang sudah lemah itu tidak menyurutkan semangat bagi kakek tiga anak ini. Pemilik puluhan cucu dan cicit serta beberapa (canggah) itu tetap berpuasa. Pria kelahiran tahun 1915 itu berusaha sekuatnya menjalankan ibadah puasa ramadhan hingga senja.
Namun demikian, adakalanya Mbah Kasan juga terpaksa membatalkan puasa apabila sakit perut. "Kadang perut terasa sakit karena lapar, jadi beberapa kali tidak kuat menahan sehingga terpaksa batal. Namun bukan keingingan hati saya untuk batalkan puasa," tegasnya.
Selama menjalankan puasa, Mbah Kasan juga tidak melupakan kewajibannya untuk shalat lima waktu. Jam dinding dan suara adzan masjid setempat menjadi panduannya saat menjalankan shalat.
Mbah Kasan, selalu mengisi puasa dengan aktivitas di rumah atau kebun. Bagi Mbah Kasan Puasa merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Umat islam yang sudah akil baligh wajib menjalankannya.
Mbah Kasan juga mengaku geram apabila melihat ada muslim dewasa yang dengan sengaja meninggalkan puasa. "Ora ilok (Berdosa) jika sudah dewasa (ngebo) tidak puasa," tegasnya.
Menurut Mbah Kasan, ibadah puasa itu pun tidak cukup hanya untuk menahan lapar dan dahaga mulai fajar hingga matahari terbenam."Paling utama adalah menjaga hati. Selama puasa saya menghindari kumpul-kumpul dengan tetangga karena takut puasa rusak apabila sampai mencela orang lain," terangnya. (wid)