• Berita Terkini

    Kamis, 11 Juni 2015

    Siapa Bilang Seni Tidak Menjanjikan?

    Siapa Bilang Seni Tidak Menjanjikan?
    TIDAK banyak orang yang beruntung bisa memiliki pekerjaan sesuai dengan hobinya. Drs Sentot Sulistyono Spd ini mungkin termasuk yang beruntung. Mencintai dan menekuni dunia kesenian sejak kecil, pria yang saat ini menjadi salah satu pengajar di SMP Negeri 4 Gombong itu akhirnya bisa memiliki pekerjaan sesuai dengan hobinya itu.

    Terlahir dari keluarga militer, Sentot malah "melawan arus" dengan kuliah IKIP Jogjakarta (kini bernama UNY Jogjakarta) jurusan seni rupa. Selepas kuliah, pria kelahiran Martapura Kalimantan, tahun 1967 itu juga mengajar di SMP PGRI Sempor sebagai guru honorer.

    Ternyata, penghasilan sebagai karyawan hotel Grafika jauh lebih besar daripada gajinya  sebagai guru. Mengingat, saat itu, sarjana pertamanan masih sangat jarang di Jawa Tengah. Sejak saat itu, nama Sentot pun mulai dikenal masyarakat sebagai "tukang taman". Apalagi di saat bersamaan, Sentot juga jasa konsultasi dan pembuatan taman, yang diberi nama Biro Pertamanan Ayodya Taman.

    Sejumlah perkantoran, instansi dan perumahan pun mulai banyak menggunakan jasanya. Hingga akhirnya, Sentot merasakan buah manisnya pekerjaan sekaligus hobinya itu. "Saya masih ingat mendapat proyek membuat taman di Bapelkes Gombong. Dari proyek itu ditambah dengan proyek lain, saya berhasil membangun rumah," kenang suami Amalia tersebut.

    Tak hanya di Kebumen, hasil karya Sentot juga banyak dilihat di Jogjakarta, Temanggung Banyumas dan Purworejo. Berkat seni pula, akhirnya diangkat menjadi PNS pada tahun 1996. Kini, Sentot mengajar di SMPN 4 Gombong sebagai pengampu mata pelajaran seni. Kendati sudah menyandang status PNS, bukan berarti Sentot meninggalkan hobinya "membuat taman". "Bahkan kalau boleh, saya lebih suka dipanggil tukang taman daripada sebagai guru," canda ayah Afri Lismaya Sinta Maheswari (23) dan Anggi Liana sinta Prameswari (17) tersebut.

    Yang lebih membuatnya bangga, Sentot telah berhasil mencetak sejumlah ahli taman yang tersebar di seluruh Indonesia. "Jadi dari teman-teman yang membantu saya di Biro Ayodya Taman sekarang sudah banyak yang mandiri. Mereka sudah banyak yang berhasil dan itu membuat saya bangga," ujar pria yang juga salah satu pelatih batik di Kebumen tersebut.

    Perjalanan hidup itu membuat Sentot yakin bahwa adanya anggapan seni tak bisa diandalkan untuk masa depan tidaklah benar. Apapun bidangnya, asal tekun dan memiliki kemampuan, pasti akan banyak dicari.  Itu pula yang ia tularkan kepada anak-anaknya. Seperti kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohon, anak-anak Sentot kini mengikuti jejak ayahnya di bidang seni. Bahkan, anak sulungnya, Afri Lismaya Sinta kini tercatat sebagai guru mata pelajaran Seni dan Budaya di SMAN 1 Kebumen. Sementara si bungsu yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di SMSR sedang mendaftar di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta.

    Sentot mengaku bersyukur atas perjalanan hidupnya itu. Dia kini berharap, siswa-siswanya tak segan lagi menekuni dunia seni. Setidaknya, ia sudah membuktikan sendiri bahwa seni ternyata bisa dijadikan sebagai tumpuan mencari nafkah.  "Jangan khawatir. Tenaga-tenaga terdidik dan terlatih di bidang seni masih banyak dicari," kata pria yang dikenal enerjik itu. (cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top