TUNTUTAN tugas dan keluarga sempat menjadi sebuah hal yang dilematis bagi Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Kasatreskrim) Polres Kebumen, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Willy Budianto SH. Bagaimana tidak. Tugasnya sebagai polisi membuatnya bekerja tak mengenal waktu. Dua puluh empat jam sehari bahkan tujuh hari dalam sepekan.
Termasuk saat hari libur. Momen yang bagi sebagian besar orang lain untuk keluarga itu, tak sepenuhnya dirasakan Willy. Panggilan tugas membuatnya tak punya pilihan lain. "Suatu saat, saya sudah berjanji mengajak anak-anak renang. Pas tiba waktunya, ada panggilan tugas. Terpaksa saya bilang sama anak-anak minta maaf gagal menemani mereka karena harus ada tugas," ujar pria kelahiran Kabupaten Sidrap Sulawesi Tengah, 24 April empat puluh satu tahun lalu itu.
Itu pula yang membuatnya merasa seringkali "merasa bersalah" kepada Agustin Aryanti istri, dan ketiga anaknya, Titania Al Mahya Maheswari (10), Titan Perkasa Rastra Kottama (8) dan Titian Adelia Hoshi (5). Sang istri memang bisa menerima sepenuhnya kondisi itu. Namun, tidak bagi anak-anaknya. Mereka sering protes. "Papa suka bohong," ujarnya menirukan protes dari buah hatinya itu.
Menurutnya, situasi itu seringkali ia alami saat masih bertugas di Poltabes Semarang dan Polda Jawa Tengah pada rentang waktu 1996 sampai tahun 2013. Hingga pada tahun 2014 lalu, Willy ditugaskan di Kebumen. Lantaran istrinya memang asli Kebumen, Willy memboyong keluarganya ke kampung halaman istrinya itu. Mereka lantas menempati rumah mungil di Perumahan Kedungpuji Kecamatan Gombong.
Dipindahtugaskan dari kota besar seperti Semarang dan tinggal di Kebumen, diakui menjadi titik balik di kehidupan keluarganya. Sebab menurut Willy, permasalahan kota Kebumen tidaklah sekompleks seperti di Semarang yang memiliki angka kriminalitas tinggi.
Hal itu dimanfaatkan benar oleh Willy untuk kembali "merebut" hati anak-anaknya. Di sela-sela kesibukannya di Polres, Willy selalu menyempatkan diri untuk bertemu setiap hari dengan anak-anaknya meski hanya beberapa jam. Sebuah hal yang sepele bagi sebagian orang lain. Namun, berdampak besar bagi Willy dan keluarganya. "Luar biasa bahagianya saya ketika mendengar pengakuan dari anak saya yang mengatakan mereka senang ayahnya (Willy) ditempatkan di Kebumen. Menurut anak saya, mereka kini bisa bertemu dengan ayahnya setiap hari tidak seperti saat di Semarang dulu. Saya sampai menangis. Sebab, saya ternyata benar-benar dibutuhkan oleh anak-anak saya," tuturnya.
Kini, Willy mengaku benar-benar jatuh cinta kepada Kebumen. Bertugas di Kebumen membuatnya mendapat keseimbangan hidup antara pekerjaan dan keluarga. "Saya ingin lama bertugas di Kebumen. Saya betah dan menyukai kota ini," ungkap Willy.
Termasuk saat hari libur. Momen yang bagi sebagian besar orang lain untuk keluarga itu, tak sepenuhnya dirasakan Willy. Panggilan tugas membuatnya tak punya pilihan lain. "Suatu saat, saya sudah berjanji mengajak anak-anak renang. Pas tiba waktunya, ada panggilan tugas. Terpaksa saya bilang sama anak-anak minta maaf gagal menemani mereka karena harus ada tugas," ujar pria kelahiran Kabupaten Sidrap Sulawesi Tengah, 24 April empat puluh satu tahun lalu itu.
Itu pula yang membuatnya merasa seringkali "merasa bersalah" kepada Agustin Aryanti istri, dan ketiga anaknya, Titania Al Mahya Maheswari (10), Titan Perkasa Rastra Kottama (8) dan Titian Adelia Hoshi (5). Sang istri memang bisa menerima sepenuhnya kondisi itu. Namun, tidak bagi anak-anaknya. Mereka sering protes. "Papa suka bohong," ujarnya menirukan protes dari buah hatinya itu.
Menurutnya, situasi itu seringkali ia alami saat masih bertugas di Poltabes Semarang dan Polda Jawa Tengah pada rentang waktu 1996 sampai tahun 2013. Hingga pada tahun 2014 lalu, Willy ditugaskan di Kebumen. Lantaran istrinya memang asli Kebumen, Willy memboyong keluarganya ke kampung halaman istrinya itu. Mereka lantas menempati rumah mungil di Perumahan Kedungpuji Kecamatan Gombong.
Dipindahtugaskan dari kota besar seperti Semarang dan tinggal di Kebumen, diakui menjadi titik balik di kehidupan keluarganya. Sebab menurut Willy, permasalahan kota Kebumen tidaklah sekompleks seperti di Semarang yang memiliki angka kriminalitas tinggi.
Hal itu dimanfaatkan benar oleh Willy untuk kembali "merebut" hati anak-anaknya. Di sela-sela kesibukannya di Polres, Willy selalu menyempatkan diri untuk bertemu setiap hari dengan anak-anaknya meski hanya beberapa jam. Sebuah hal yang sepele bagi sebagian orang lain. Namun, berdampak besar bagi Willy dan keluarganya. "Luar biasa bahagianya saya ketika mendengar pengakuan dari anak saya yang mengatakan mereka senang ayahnya (Willy) ditempatkan di Kebumen. Menurut anak saya, mereka kini bisa bertemu dengan ayahnya setiap hari tidak seperti saat di Semarang dulu. Saya sampai menangis. Sebab, saya ternyata benar-benar dibutuhkan oleh anak-anak saya," tuturnya.
Kini, Willy mengaku benar-benar jatuh cinta kepada Kebumen. Bertugas di Kebumen membuatnya mendapat keseimbangan hidup antara pekerjaan dan keluarga. "Saya ingin lama bertugas di Kebumen. Saya betah dan menyukai kota ini," ungkap Willy.