SUDARNO AHMAD/EKSPRES |
Seperti ritual yang dilakukan Kamis (4/6/2015), dari sekitar 30 warga yang ikut menguras sumber mata air tersebut rata-rata hanya berhasil mengumpulkan koin recehan antara Rp 8 ribu hingga Rp 12 ribu. Sedangkan yang terbanyak hanya sebesar Rp 20 ribu. Padahal tahun-tahun sebelumnya, rata-rata setiap warga berhasil mengumpulkan sekitar Rp 200 ribuan.
Minimnya 'buruan' uang recehan itu tak sebanding dengan keselamatan mereka yang harus menyelam di dalam air panas yang mengandung belerang. Untuk mendapat koin-koin tersebut mereka harus masuk ke dalam sumur yang airnya keruh karena harus berebut dengan warga lainnya. "Iya, mungkin karena tidak setiap pengunjung yang datang sudah banyak yang tidak tertarik lagi membuang uang koinnya ke dalam sumur," kataSutarmin (62), sesepuh setempat disela-sela ritual.
Meski tak lagi mendapatkan jumlah yang banyak, Sutarmin mengaku harus tetap menguras dan membersihkan sumur tersebut. Tak hanya untuk menggelar ritual tersebut warga harus 'tombok' karena biaya bantuan dari Pemkab Kebumen hanya sebesar Rp 400 ribu. "Karena ini wajib, jadi tidak ada alasan apapun untuk tidak melakukannya," ujarnya.
Tradisi menguras sumur yang menjadi sumber mata air wisata Pemandian Air Panas Krakal dilakukan satu tahun dua kali, yakni pada bulan Ruwah (Sya'ban) dan Sura. Ritual pembersihan itu dilakukan setiap Kamis Wage Bulan Ruwah dan Sura pada penanggalan Jawa. Tradisi yang sudah dilakukan warga turun temurun itu sebagai wujud syukur karena air sumur tidak pernah mengering meski musim kemarau panjang.
Warga beramai-ramai membersihkan air sumur mata air panas itu. Sebelum prosesi dimulai, warga melakukan kenduri bersama dan berdoa meminta keselamatan. "Menu yang harus ada saat kenduren pitu bebek dan ayam yang berbulu putih jantan. Ini sebagai perlambang niat yang suci untuk membersihkan hati agar selalu suci. Putih itu kan artinya suci," kata pengelola PAP Krakal, Heru Setyo Prabowo.
Setelah selesai kenduri, warga meletakkan aneka sesaji di samping sumur yang akan dikuras. Setelah itu, puluhan warga masuk kedalam sumur. Mereka sangat antusias mengikuti acara ini, terlebih warga dibebaskan mengambil uang logam yang berserakan di dalam sumur. Uang logam itu merupakan uang yang dibuang ke dalam sumur oleh wisatawan yang berkunjung selama enam bulan.
Tak hanya sumur yang dikuras, bak penampungan utama juga turut dibersihkan. Namun, rata-rata yang mengais recehan di bak penampungan ini diikuti oleh anak-anak. Selain karena jumlah uang receh yang tak sebanyak di sumur, kedalaman airnya juga masih aman untuk anak-anak.(ori)