'
PEKALONGAN - Remaja Musholla Darunna'im, Kelurahan Krapyak, Pekalongan sudah terlihat sibuk di dapur pembuatan lopis raksasa, Krapyak gang 8.
Sambil bermain karambol, para remaja nampak sibuk menjaga api tungku yang harus terus menyala. Sesekali, salah satu dari mereka juga mengecek kondisi air dalam dandang raksasa yang digunakan sebagai tempat merebus lopis.
Sejak Minggu (19/7), Remaja Musholla Darunna'im yang juga merupakan panitia lopis raksasa memang sudah mulai mempersiapkan agenda tahunan yang sudah berjalan sejak tahun 1950 tersebut. Beras ketan sebanyak 400 kilogram atau 4 kwintal direbus dalam dandang-dandang kecil. Setelah setengah matang, seluruhnya disatukan dan ditumbuk. "Pukul 17.00 (Senin) kami masukkan ke wadah dan direbus di dandang raksasa," tutur Ketua Panitia Lopis Raksasa, Muhammad Nasrudin, Senin (20/7).
Lopis akan dimasak selama 24 jam untuk kemudian dibalik, dan kembali dimasak selama 24 berikutnya hingga matang. "Jam 5 sore ini (Senin) akan dibalik. Jam 5 besok (Selasa), baru matang dan akan diangkat. Jadi total perebusan yaitu dua kali 24 jam atau dua hari," jelas dia.
Tahun ini, tinggi lopis diperkirakan naik 5 hingga 10 sentimeter dari tahun sebelumnya yang mencapai 210 sentimeter.
Tapi dikatakan Nasrudin, untuk memastikannya harus menunggu matang, karena dalam proses memasak ukuran lopis belum bisa dipastikan. "Perkiraan kami diameter dan berat masih sama, sedangkan tinggi kemungkinan bertambah," kata dia lagi.
Dari 400 kwintal beras ketan yang digunakan sebagai bahan baku, panitia memperkirakan berat lopis setelah matang nanti akan mencapai satu ton lebih. Untuk memasaknya hingga matang, panitia juga menyiapkan sebanyak satu pick up kayu bakar. Untuk biaya pembuatan lopis tahun ini, Nasrudin menyebut dana yang digunakan mencapai Rp30 juta. Dari jumlah itu, Rp25 juta merupakan bantuan dari Pemkot, sisanya swadaya dari masyarakat.
Proses pembuatan lopis raksasa, memang sudah menjadi rutinitas tahunan warga sekitar, namun ada tahapan yang masih dirasa sulit. Salah satunya adalah proses memasukkan beras ketan setengah matang ke cetakannya. "Karena kondisi masih panas," ujar Nasrudin.
Setelah matang nanti, lopis akan diangkat menggunakan katrol untuk kemudian dibawa ke lokasi pemotongan.
Nasrudin sedikit menjelaskan filosofi dibuatnya lopis pada momentum Syawalan. Dipilihnya lopis yang terbuat dari beras ketan, dikatakannya mempunyai sifat lengket. Hal itulah yang diharapkan bisa terwujud di masyarakat yaitu semakin merekatkan silaturahmi. "Sedangkan ukurannya yang terus bertambah, itu karena semangat masyarakat sekitar," tandasnya.(nul)
M. AINUL ATHO/radarpekalongan |
Sambil bermain karambol, para remaja nampak sibuk menjaga api tungku yang harus terus menyala. Sesekali, salah satu dari mereka juga mengecek kondisi air dalam dandang raksasa yang digunakan sebagai tempat merebus lopis.
Sejak Minggu (19/7), Remaja Musholla Darunna'im yang juga merupakan panitia lopis raksasa memang sudah mulai mempersiapkan agenda tahunan yang sudah berjalan sejak tahun 1950 tersebut. Beras ketan sebanyak 400 kilogram atau 4 kwintal direbus dalam dandang-dandang kecil. Setelah setengah matang, seluruhnya disatukan dan ditumbuk. "Pukul 17.00 (Senin) kami masukkan ke wadah dan direbus di dandang raksasa," tutur Ketua Panitia Lopis Raksasa, Muhammad Nasrudin, Senin (20/7).
Lopis akan dimasak selama 24 jam untuk kemudian dibalik, dan kembali dimasak selama 24 berikutnya hingga matang. "Jam 5 sore ini (Senin) akan dibalik. Jam 5 besok (Selasa), baru matang dan akan diangkat. Jadi total perebusan yaitu dua kali 24 jam atau dua hari," jelas dia.
Tahun ini, tinggi lopis diperkirakan naik 5 hingga 10 sentimeter dari tahun sebelumnya yang mencapai 210 sentimeter.
Tapi dikatakan Nasrudin, untuk memastikannya harus menunggu matang, karena dalam proses memasak ukuran lopis belum bisa dipastikan. "Perkiraan kami diameter dan berat masih sama, sedangkan tinggi kemungkinan bertambah," kata dia lagi.
Dari 400 kwintal beras ketan yang digunakan sebagai bahan baku, panitia memperkirakan berat lopis setelah matang nanti akan mencapai satu ton lebih. Untuk memasaknya hingga matang, panitia juga menyiapkan sebanyak satu pick up kayu bakar. Untuk biaya pembuatan lopis tahun ini, Nasrudin menyebut dana yang digunakan mencapai Rp30 juta. Dari jumlah itu, Rp25 juta merupakan bantuan dari Pemkot, sisanya swadaya dari masyarakat.
Proses pembuatan lopis raksasa, memang sudah menjadi rutinitas tahunan warga sekitar, namun ada tahapan yang masih dirasa sulit. Salah satunya adalah proses memasukkan beras ketan setengah matang ke cetakannya. "Karena kondisi masih panas," ujar Nasrudin.
Setelah matang nanti, lopis akan diangkat menggunakan katrol untuk kemudian dibawa ke lokasi pemotongan.
Nasrudin sedikit menjelaskan filosofi dibuatnya lopis pada momentum Syawalan. Dipilihnya lopis yang terbuat dari beras ketan, dikatakannya mempunyai sifat lengket. Hal itulah yang diharapkan bisa terwujud di masyarakat yaitu semakin merekatkan silaturahmi. "Sedangkan ukurannya yang terus bertambah, itu karena semangat masyarakat sekitar," tandasnya.(nul)