Warga Purworejo Diminta Tidak Terprovokasi
PURWOREJO-Jajaran Polres Purworejo terus mendalami peristiwa kebakaran yang menimpa Gedung Gereja Kristen Jawa (GKJ) Desa Tlepok Wetan Kecamatan Grabag. Selain mengejar pelaku, Polres juga mengimbau agar warga tidak terprovokasi dengan kejadian yang diduga kuat terkait dengan insiden berbau SARA di Kabupaten Tolikara, Papua.
Dua buah pintu Gedung Gereja Kristen Jawa (GKJ) Desa Tlepok Wetan Kecamatan Grabag, Purworejo dijumpai hangus terbakar pada Senin pagi (20/7/2015) pagi. Polisi menemukan ceceran bensin di lokasi kejadian serta sebuah surat berisi ancaman untuk membakar gereja-gereja di Pulau Jawa.
Kapolres Purworejo, AKBP Theresia Arsida Septiana SH, Senin Siang (20/7/2015) menyatakan, pihaknya tengah menyelidiki peristiwa itu. Dari lokasi, polisi mengamankan barang bukti berupa 7 batang korek api, 5 batang kayu yang berada didepan pintu yang terbakar dan diduga milik pelaku. Selain itu, sejumlah saksi telah diperiksa.
Saat ini, jajaran Polres Purworejo telah meningkatkan kewaspadaan dan berkoordinasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat di Purworejo yang kemudian dilanjutkan menyebarkan himbauan kepada seluruh masyarakat di Purworejo agar tidak terprovokasi dengan peristiwa itu.
“Atas kejadian itu saya menghimbau kepada seluruh warga masyarakat Purworejo, tanpa terkecuali untuk tidak mudah terpengaruh kejadian di Papua. Kepolisian masih terus melakukan penyelidikan,” tegas AKBP Theresia Arsida.
Dari hasil penyelidikan sementara, peristiwa pembakaran itu diduga terkait dengan peristiwa serupa yang terjadi di Papua. Hal itu dibuktikan dengan telah ditemukanya secarik kertas yang berisi himbauan untuk membakar gereja se Jawa.
“Memang ditemukan kertas, dengan isi tulisan dari mujahid atas tragedy papua, papua bakar gereja sejawa. Itu tampak seperti ada himbauan dari sekelompok oknum tak bertanggung jawab, Namun itu semua belum tentu kebenaranya. Masih dalam penyelidikan petugas,” ujarnya.
Sekelompok orang yang diduga berasal dari umat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) mendatangi Mushala Baitul Mustaqin di Tolikara, Papua, saat umat Islam menggelar shalat Idul Fitri, Jumat (17/7/2015) pagi.
Sekelompok orang ini melakukan protes lantaran pengeras suara yang digunakan dalam shalat Idul Fitri itu mengganggu acara yang juga tengah digelar umat GIDI. Menurut Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil di Indonesia (PGLII) Roni Mandang, kedatangan umat GIDI ke umat Islam dengan cara baik-baik.
Namun, tembakan aparat ke arah umat GIDI membuat situasi menjadi kacau. Situasi semakin kacau begitu diketahui satu orang meninggal dunia akibat rentetan tembakan itu. Akibatnya, warga kemudian membakar kios di sekitar lokasi. Tetapi, api merembet ke mushala yang dijadikan tempat shalat Idul Fitri.(tok/cah)
Kapolres Purworejo menunjukkan surat himbauan pembakaran gereja/ISTIMEWA |
PURWOREJO-Jajaran Polres Purworejo terus mendalami peristiwa kebakaran yang menimpa Gedung Gereja Kristen Jawa (GKJ) Desa Tlepok Wetan Kecamatan Grabag. Selain mengejar pelaku, Polres juga mengimbau agar warga tidak terprovokasi dengan kejadian yang diduga kuat terkait dengan insiden berbau SARA di Kabupaten Tolikara, Papua.
Dua buah pintu Gedung Gereja Kristen Jawa (GKJ) Desa Tlepok Wetan Kecamatan Grabag, Purworejo dijumpai hangus terbakar pada Senin pagi (20/7/2015) pagi. Polisi menemukan ceceran bensin di lokasi kejadian serta sebuah surat berisi ancaman untuk membakar gereja-gereja di Pulau Jawa.
Kapolres Purworejo, AKBP Theresia Arsida Septiana SH, Senin Siang (20/7/2015) menyatakan, pihaknya tengah menyelidiki peristiwa itu. Dari lokasi, polisi mengamankan barang bukti berupa 7 batang korek api, 5 batang kayu yang berada didepan pintu yang terbakar dan diduga milik pelaku. Selain itu, sejumlah saksi telah diperiksa.
Saat ini, jajaran Polres Purworejo telah meningkatkan kewaspadaan dan berkoordinasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat di Purworejo yang kemudian dilanjutkan menyebarkan himbauan kepada seluruh masyarakat di Purworejo agar tidak terprovokasi dengan peristiwa itu.
“Atas kejadian itu saya menghimbau kepada seluruh warga masyarakat Purworejo, tanpa terkecuali untuk tidak mudah terpengaruh kejadian di Papua. Kepolisian masih terus melakukan penyelidikan,” tegas AKBP Theresia Arsida.
Dari hasil penyelidikan sementara, peristiwa pembakaran itu diduga terkait dengan peristiwa serupa yang terjadi di Papua. Hal itu dibuktikan dengan telah ditemukanya secarik kertas yang berisi himbauan untuk membakar gereja se Jawa.
“Memang ditemukan kertas, dengan isi tulisan dari mujahid atas tragedy papua, papua bakar gereja sejawa. Itu tampak seperti ada himbauan dari sekelompok oknum tak bertanggung jawab, Namun itu semua belum tentu kebenaranya. Masih dalam penyelidikan petugas,” ujarnya.
Sekelompok orang yang diduga berasal dari umat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) mendatangi Mushala Baitul Mustaqin di Tolikara, Papua, saat umat Islam menggelar shalat Idul Fitri, Jumat (17/7/2015) pagi.
Sekelompok orang ini melakukan protes lantaran pengeras suara yang digunakan dalam shalat Idul Fitri itu mengganggu acara yang juga tengah digelar umat GIDI. Menurut Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil di Indonesia (PGLII) Roni Mandang, kedatangan umat GIDI ke umat Islam dengan cara baik-baik.
Namun, tembakan aparat ke arah umat GIDI membuat situasi menjadi kacau. Situasi semakin kacau begitu diketahui satu orang meninggal dunia akibat rentetan tembakan itu. Akibatnya, warga kemudian membakar kios di sekitar lokasi. Tetapi, api merembet ke mushala yang dijadikan tempat shalat Idul Fitri.(tok/cah)