Salah satu wisatawan mendapat perawatan tim medis/IMAM/EKSPRES |
Ketua Tim SAR Tunas Kelapa Suro Irawan SPd SD mengatakan, serangan ubur-ubur mulai terjadi pada H+1 atau Sabtu (18/7/2015). Saat itu, empat orang wisatawan terserang hewan laut yang biasa dikenal krawe oleh masyarakat setempat itu. Jumlah itu meningkat drastis pada Minggu (19/7/2015) menjadi 76 orang. "Bahkan terdapat lima orang yang harus dirujuk ke Puskesmas Petanahan," katanya ditemui kebumenekspres.com, Minggu (19/7).
"Gejala yang dialami korban sangat beragam, mulai dari gatal-gatal, pegal, kram hingga sesak nafas. Dalam insiden tersebut terdapat pula korban yang harus dibantu dengan alat pernafasan sebelum dirujuk ke Puskesmas Petanahan," imbuhnya.
Menurutnya, musim kemarau menjadi siklus munculnya ubur-ubur di kawasan pantai. Hampir bisa dipastkan, jika lebaran jatuh di musim kemarau maka akan banyak wisatawan yang terserang ubur-ubur. Seperti pada lebaran tahun 2013 lalu, sangat banyak wisatawan yang terserang ubur-ubur.
Serangan ubur-ubur, tidak berakibat fatal dan belum ada laporan korban jiwa. Namun demikian, korban yang mendapat serangan, dapat mengalami sesak nafas akut. Pengobatan yang dilakukan , dengan memberikan antibiotik dan mengoleskan buah mentimun di bagian tubuh yang sakit.
Mengingat liburan lebaran masih panjang dan baru akan mencapai puncaknya pada H+7, pengunjung diminta tidak mandi di laut. “Agar tidak terserang ubur-ubur maka sebaiknya para wisatawan jangan bermain air. Bukan cuma mandi di laut, bermain air juga dapat terserang ubur-ubur,” jelas Suro Irawan.
Sementara itu Kapolsek Petanahan AKP I Made Arjana mengatakan, pihaknya telah berupaya untuk meminimalisir korban serangan ubur-ubur. Salah satunya dengan melakukan sosialisasi lewat pengeras suara. “Kita selalu melakukan himbauan lewat pengeras suara. Akan tetapi namanya juga wisatawan terkadang kurang begitu memperhatikan himbauan dan larangan yang telah disosialisasikan,” paparnya. (mam/cah)