SUDARNO AHMAD/EKSPRES |
Salah satunya di Desa Wonosari Kecamatan Kebumen. Wartiyah (60), salah satu warga mengatakan, kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg . Itu setelah sejumlah pangkalan mengaku jatah mereka dikurangi. Lantaran langka, harga pun melonjak drastis.
"Jadi begitu datang, elpiji langsung habis dibeli. Yang telat informasinya ya gak dapat.".
"Kami tadi beli harganya Rp 23.000 pertabung," katanya kepada kebumenekspres.com.
Ungkapan senada juga diungkap Fatimah (29). Menurut warga Desa Bocor Kecamatan Buluspesantren itu, harga elpiji 3 kg di tempatnya mencapai Rp 23 ribu. "Itupun tidak mesti ada barangnya. Kami mendapatkannya harus ke Desa Sidamara (tetangga desa) yang jaraknya 3 km dari rumah," ujarnya.
Warga Kutowinangun, Santoso (44) berharap instansi terkait menyampaikan sosialisasi distribusi elpiji yang benar, agar masyarakat tidak terus-terusan dirugikan. "Ini perlu disampaikan kepada masyarakat. Karena terus terang masyarakat kecil seperti saya tidak tahu menahu adanya aturan tersebut," ujarnya diamini Kartika, kemarin.
Kepala Bagian Perekonomian Setda Kebumen, Wahyu Siswanti, beberapa waktu lalu mengingatkan para pengecer gas elpiji bersubsidi tabung 3 kilogram, agar tidak menjual melebihi harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 18.000 per tabung. Sebab, bagi yang menjual melebihi HET dapat dikenakan sanksi.
Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagsar) Kabupaten Kebumen, Agung Patuh, membenarkan masih banyaknya pengecer yang menjual elpiji bersubsidi tersebut di atas HET. Pihaknya, terus melakukan sosialisasi dan pengawasan agar hal ini tidak terus-terusan terjadi. (ori)