WISNU AJI/RADAR KUDUS |
Peringatan HUT ke-274 Rembang dan HUT ke-70 Kemerdekaan RI digelar secara meriah kemarin. Hasilnya ribuan warga Rembang memadati jalan yang menjadi jalur peserta carnival batik dan karnaval. Mereka terpukau penampilan dari para peserta.
Di carnival batik ini para peserta ada yang mendatangkan kostum dari luar Rembang. Untuk karnaval diramaikan dengan kendaraan hias dan atraksi pelajar. Termasuk, menunjukkan sikap nasionalisme dengan berbusana tradisional dari berbagai daerah.
Berdasarkan Jawa Pos Radar Kudus, carnival batik dan karnaval dimulai sekitar pukul 08.30. Panggung kehormatannya di perempatan Jaeni Rembang. Di panggung itu tampak hadir Suko Mardiono, Pj Bupati Rembang dan istri. Selain itu, dari unsur forkompinda.
Di barisan terdepan ada marching band Semen Indonesia. Barisan itu disusul rombongan dari setda, kemudian Mbak dan Mas Rembang dari Disbudparpora. Tidak mau ketinggalan ada perkumpulan bakul sayur se-Rembang ikut berpartisipasi. Disambung unsur kalangan pendidikan mulai jenjang SD, SMP dan SMA serta perguruan tinggi. Selepas itu, dari dunia perbankan hingga umum.
Selama perjalanan seluruh peserta tampil all out. Mereka ingin tampil secara baik. Apalagi penampilan mereka akan dinilai dewan juri. Peserta terbaik akan mendapatkan penghargaan dari Pemkab Rembang.
Demi menjadi pusat perhatian penonton, mereka rela menyewa kostum. Walaupun budget yang dikeluarkan hingga ratusan ribu rupiah. Biaya itu sudah termasuk make up. “Semua itu demi Rembang. Ini semata-mata untuk kemeriahan dan gebyar HUT,” ujar Sunarto, kepala Disbudparpora Rembang.
Dia menjelaskan, kegiatan ini dibagi dalam carnival batik dan karnaval. Untuk karnaval melibatkan peserta dari sekolah, umum, SKPD, BUMN, dan BUMD. ”BUMN dan BUMD ada 32 peserta, delapan SMA, enam SMP, sisanya dari jenjang SD,” ungkapnya kemarin.
Mengenai start dan finish, masing-masing kelompok berbeda. Sebab ada yang lebih panjang. Untuk carnival batik mengambil start di alun-alun dan finish di depan Stadion Krida Rembang. Sebaliknya karnaval dalam bentuk pawai mobil hias dari perempatan SDN 3 Kutoharjo melalui DR Sutomo hingga gedung haji, Jalan Pemuda.
”Alasan pagi hari karena beberapa pertimbangan kalau sore hari biasanya jelang Maghrib belum selesai. Bagi yang beragama Islam tidak bisa jalankan ibadah,” terangnya.
Kabid Pemuda dan Olahraga ini menambahkan, peserta carnival batik seperti di Jember. Namun, kelasnya cukup sederhana. ”Saya apresiasi sejumlah peserta untuk meramaikan carnival batik. Walaupun dengan berbagai usaha, seperti mendatangkan kostum dari luar daerah,” paparnya.
Sementara Sukorini, salah satu guru SMAN 3 Rembang mengaku, carnival yang diikuti tidak hanya menyajikan kostum batik. Pihaknya menampilkan kesenian Jatilan. ”Kami ingin nguri-nguri budaya. Dengan menempatkan formasi 150 personel, terdiri barisan terdepan bendera, carnival, bhineka, jatilan, barongan, kelompok bapak-ibu guru,” jelasnya. (noe/ris)