fatimahheni/radmas |
Debu yang kian menebal ditengah musim kemarau tersebut telah mulai terasa sejak 2 minggu yang lalu. Warga yang kini tidak bisa untuk melepas masker ketika keluar rumahpun tetap mengalami beberapa penyakit akibat tebalnya debu polusi peningkatan jalan tersebut.
" Bahkan tetangga saya ada yang hingga mengalami muntaber dan dilarikan ke RSUD Cilacap karena makanan kena debu polusi sehingga mengganggu pencernaan, " ucap Karsinah (60) warga Cidungun, Desa Jeruklegi Wetan.
Selain itu, warga lain bernama Ahmadi (47) warga Jalan Melon desa Jeruklegi Wetan mengatakan bahwa polusi debu tersebut semakin diperparah dengan matinya air dari PDAM. Sehingga mengakibatkan warga tidak bisa menyiram halaman rumah untuk sekedar bisa menghilangkan debu dan polusi tersebut.
" Harusnya setelah di urug terus disemprot jd malah perih di mata. Apalagi air sedang mati dan sama sekali tidak keluar kabarnya hingga September mendatang. Sudah musim kemarau, polusi dimana-mana dan air juga mati ya sudah mau bagaimana lagi, " ujarnya.
Aktivitas peningkatan jalan tersebut tidak hanya dikeluhkan warga sekitar. Namun pedagang buah yang biasanya berjualan di pasar Jeruklegi pun kini terpaksa melongo. Hal tersebut dikarenakan buah dagangannya tidak lagi menarik dilihat ditengah banyaknya debu yang beterbangan.
" Buahnya kena debu banyak jadi tidak segar lagi. Pembeli juga jauh berkurang. Padahal biasanya kalau musim kemarau kan panas jadi beli buah, tapi sekarang tidak, " ucap Turiah (62) pedagang buah asal Brebeg yang berjualan di pasar Jeruklegi.
Dari data yang dihimpun Radarmas, pengerjaan lanjutan Jalan Raya Jeruklegi dilaksanakan di tiga titik mulai dari depan Bandara Tunggul Wulung hingga Padang Golf Tritih. Kemudian dilanjutkan dari komplek perumahan De Santos hingga sepanjang satu kilometer ke arah Jeruklegi. Setelah itu yaitu dari Pasar Jeruklegi hingga pertigaan arah Kawunganten. (hen)