MUHAMMAD HADIYAN/radarpekalongan |
Salah seorang pemilik toko elektronik di Jalan Diponegoro Kajen Kabupaten Pekalongan, Ely Setiawati (24) mengungkapkan, menguatnya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah sangat berpengaruh terhadap penjualan barang-barang eletronik di tokonya. Sebab, belanja barang eletronik yang rata-rata produk luar negeri tersebut menggunakan mata uang dollar AS, sehingga berimbas pada naiknya harga barang.
"Dalam sebulan ini saja, sudah terjadi kenaikan sebanyak tiga kali. Setiap kali naik, mencapai 5 persen. Jadi sebulan ini harga barang elektronik mengalami kenaikan sampai 15 persen. Dan kabarnya, tanggal 1 nanti, akan naik lagi," jelas Ely, kepada Radar Pekalongan, Kamis (20/8).
Akibatnya, jumlah pembeli mengalami penurunan dibanding sebelum dollar naik. Selain pembeli menurun, pihaknya juga sering mendapati konsumen yang ngenyel dengan harga barang elektronik yang naik. "Kebanyakan para pembeli nggak tahu, mereka banyak yang protes dengan membandingkan tetangganya yang membeli barang satu bulan lalu dengan harga standar. Padahal, sekarang sudah pada naik semua," terangnya.
Penurunan jumlah pembeli ini berimbas pada menurunnya omzet yang dia dapat. Penurunan omzet ini mencapai 25 persen. Sebab, jika sebelum dollar naik, rata-rata toko tersebut mampu menjual lima unit barang per hari. Sedangkan saat ini, hanya dua sampai tiga unit barang saja per harinya.
"Omzet turun. Memang dollar naik ini dampaknya besar banget buat pasar elektronik. Kalau di toko saya, yang paling pengaruh yaitu barang-barang seperti kulkas dan megicom. Kalau televisi naiknya nggak begitu fantastis, dan tidak terlalu banyak berimbas pada menurunnya penjualan. TV meskipun naik masih banyak pembeli," papar dia.
Ia berharap, rupiah bisa menguat. Sehingga, harga-harga barang elektronik bisa menurun menyusul menurunnya nilai tukar dollar terhadap mata uang Indonesia. "Sebagai penjual, kami hanya bisa berharap dollar nggak naik lagi," tandasnya. (yan)