IMAM/EKSPRES |
Drama yang menceritakan perjuangan Jendral Soedirman melawan penjajah tersebut diperankan oleh personil anggota Koramil 19 Kuwarasan bersama siswa-siswi SMP N 1 Kuwarasan.
Di akhir cerita, Panglima Besar (Pangsar) Soedirman akhirnya dipanggil ke istana untuk menerima instruksi Presiden. Presiden menyarankan agar Soedirman etap tinggal di Kota karena kondisinya yang sedang sakit. Akan tetapi Panglima Soedirman menolak. “Saya tidak mau berada di dalam Kota. Buat saya yang penting adalah anak-anak buah saya.
Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah saya. Dan saya akan meneruskan perjuangan gerilya dengan sekuat tenaga bersama seluruh prajurit saya," jawab Soedirman kepada Presiden Soekarno.
Sejak saat itu Soedirman meninggalkan Kota Jogja dan memulai perang Gerilya.. Soedirman menjadi buronan no 1 pasukan Belanda. Untuk menghadapinya, Belanda selalu melancarkan serangan terhadap pasukan Gerilya. Kendati demikian pasukan Gerilya pantang menyerah dan selalu menyulitkan Belanda.“Lebih baik mati di medan pertempuran daripada ditawan lawan," tegas Jendral Soedirman kepada pasukannya.
Danramil 19/Kuwarasan Kapten Inf Musiman mengatakan drama kolosal ini bertujuan untuk meningkatkan jiwa patrotisme pada para pemuda. Pasalnya, di era globalisasi seperti ini, pertahanan terbaik negara adalah rasa cinta tanah air dan semangat patriotisme. " Kita harus menjaga keutuhan NKRI dari serangan berbagai pihak, baik berupa serangan fisik maupun non fisik," ucapnya. (mam)