Dana PSKS Sudah Diasuransikan
JAKARTA- Upaya penanganan insiden kecelakaan Pesawat Trigana PK-YRN di Kabupaten Pegunungan Bintang terus berlanjut. Memang, tim penyelamat yang sudah berhasil menemukan 54 jenazah sesuai dengan jumlah penumpang pesawat. Namun, proses evakuasi jasad masih belum bisa terlaksana kemarin karena kendala cuaca.
Deputi Bidang Operasional Badan SAR Nasional (Basarnas) Heronimus Guru mengatakan, tim yang berada di lapangan telah berhasil menemukan semua jenazah pada 12.30 WIT. Dalam penemuan tersebut, identifikasi secara cepat belum bisa dilakukan karena kondisi mayat yang cukup parah.
"Upaya ini berhasil dilakukan oleh tim gabungan Basarnas WNI, dan Polri, sebanyak 79 orang. Itu terdiri dari 50 orang relawan masyarakat, 20 personel TNI, dan 9 personel Basarnas," terangnya di Jakarta kemarin (18/8).
Sayangnya, proses evakuasi dari jasad-jasad yang ada masih belum bisa dilakukan. Hal tersebut karena rencana evakuasi menggunakan helikopter kemarin rupanya terkendala cuaca. Dengan cuaca mendung yang menyebabkan kabut membuat helikopter tak bisa mencapai tujuan.
Hingga 17.30 WIT, situasi sama sekali tak berubah. Karena itu, tim di lapangan memutuskan untuk memberhentikan operasi kemarin dan melanjutkannya Selasa (18/8). Dalam rencana tersebut, pihaknya menambahkan pilihan untuk melakukan evakuasi lewat darat. Hal tersebut jika cuaca kembali tak mendukung.
"Kalau memungkinkan, kami akan menggunakan Helikopter Bell milik Freeport. Piihan lain, kami akan melakukan evakuasi darat ke Oksibil setelah itu semua akan diantarkan ke Bandara Sentani," imbuhnya.
Menurut informasi, lokasi jatuhnya pesawat sebenarnya tak jauh dari Bandara Oksibil. Hanya 14 kilometer (km). Namun, sekitar empat km dari jalur tak bisa dilalui oleh kendaraan. Namun, jalur sepanjang empat km tersebut butuh 5-6 jam dengan cara berjalan kaki.
Sementara itu, tim Disaster Victim Identification Polri hingga saat ini belum juga mengidentifikasi seorang penumpang pun. Posisi Tim DVI Polda Papua hingga Selasa pagi belum juga sampai ke titik lokasi pesawat jatuh.
Pusdokkes Polri Brigjen Arthur Tampi menuturkan, kontak terakhir dengan tim DVI di lapangan itu pagi tadi sekitar pukul 09.00 dan tim DVI ada dipastikan sampai Oksibil. Namun, belum sampai lokasi jatuhnya pesawat karena cuaca dan kondisi alam yang ekstrim. Artinya, hingga Selasa pagi belum ada penumpang yang bisa diidentifikasi. "Tapi, tidak diketahui bagaimana perkembangan sore ini, sudah mengidentifikasi atau belum. Kami tidak bisa komunikasi karena memang tidak ada jaringan sinyal," paparnya.
Untuk posisi tiga orang tim spesialis d posisinya berada di RS Bhayangkara Jayapura. Ketiganya dalam posisi mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. seperti, peralatan DVI. "Rencananya, malam ini saya dan seorang spesialis DNA juga akan memperkuat tim DVI ke Papua,"paparnya.
Apakah ada kekurangan alat DVI, dia menjelaskan bahwa sama sekali tidak ada kekurangan fasilitas. Bahkan, rencananya akan dikirim kontainer pendingin untuk berjaga-jaga. "Saya tidak ingin mendahului, tapi hanya bersiap-siap untuk lemari pendingin ini," tuturnya.
Terkait data ante mortem dari 54 penumpang Trigana Air, sudah ada 45 data penumpang yang diserahkan pihak keluarga. Data itu berupa, pakaian dan semua yang dikenakan untuk bisa mendapatkan DNA para penumpang. "Ada juga foto yang menunjukkan struktur gigi dan surat yang menunjukkan sidik jari," terangnya.
Sisanya, data ante mortem yang belum didapatkan itu karena keluarga masih berupaya mengumpulkannya. "Saya yakin data tersebut bisa didapatkan," terang jenderal bintang satu tersebut.
Bila penumpang sudah ditemukan, berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semuanya? Dia menjawab bahwa tim DVI akan berusaha sekeras mungkin menyelesaikannya. Tentunya, soal waktu diusahakan secepatnya.
Yang bisa memperlambat waktu itu hanya bila kondisi penumpang sudah tidak memungkinkan. Karena, akan memerlukan tes DNA. "Kalau tes DNA ini butuh waktu lebih lama," ujarnya.
Kepala Sub Komite Penyelidikan Kecelakaan Transportasi Udara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Masruri mengatakan bahwa pihaknya belum mendapatkan informasi resmi terkait penemuan black box oleh Basarnas. Meski demikian, KNKT mengetahui informasi tersebut melalui web. "Saya melihat ada tentara yang memegang dan yakin yang dibawa ada black box," paparnya.
Keadaan yang terlihat adalah black box tersebut dalam keadaannya penyok di beberapa sisi. "Yang terpenting adalah memori dan instalasi kabel yang ada di dalamnya," jelasnya.
Jika tidak, maka black box tersebut harus dikirim ke perusahaan yang memproduksinya. Setelah ditemukan, black box nantinya akan dibawa ke laboratorium dan dilakukan inspeksi terkait kerusakan alat tersebut. Baru setelahnya, akan bisa diproses.
Prosesnya pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Yakni, hingga 1 tahun untuk mendapatkan final report jika keadaan memorinya masih utuh. "Namun, kami yakin tidak rusak, karena alat tersebut sudah dilindungi oleh daya benturan dan panas yang cukup besar," jelasnya
Masruri, menyebutkan jika Kementerian Perhubungan hanya memberikan waktu 1 bulan, maka KNKT akan memberikan informasi sebatas factual report saja. Yakni, terkait kondisi sebelum pesawat jatuh, lokasi terjadinya kecelakan, dan keadaan penumpang. Sebagai informasi, untuk mendapatkan informasi secara lengkap harus memenuhi empat tahapan. Yakni, factual report, analisis komperhensif, draft report dan final report.
Sementara itu, PT Pos Indonesia memastikan, jika dana PSKS sebesar Rp. 6,5 Miliar yang ikut dalam penerbangan pesawat nahas itu aman. Sebab, dana PSKS yang dibawa oleh empat orang pegawainya sudah diasuransikan. "Sudah terkonfirmasi bahwa dana PSKS turut hilang dalam musibah ini, maka pihak asuransi akan memberikan pengganti," kata sekretaris perusahaan PT Pos Indonesia, Amrizal melalui rilisnya.
Terkait kapan dana tersebut bias dicairkan, Amrizal menyebutkan akan menyesuaikan dengan kesiapan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang. Sebab secara teknis, pemda lah yang tahu kesiapannya. "Secepatnya akan kami komunikasikan," terangnya.
Dia juga mengakui, proses pencairan dana di wilayah tersebut agak sulit. Pasalnya, wilayah kabupaten Pegunungan Bintang tidak memiliki akses perbankan yang memadai.
Akibatnya, proses pengiriman tidak bisa dilakukan secara transfer. "Kami harus membawanya dalam bentuk tunai," pungkasnya.
Pernyataan senada juga diungkapkan Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu memastikan, hak warga untuk mendapatkan dana PSKS tidak akan hilang. "Insiden hilangnya pesawat dipastikan tidak mengganggu pelayanan dana KKS di Pegunungan Bintang," terangnya. (bil/idr/lus/far)
istimewa/cenderawasih post |
Deputi Bidang Operasional Badan SAR Nasional (Basarnas) Heronimus Guru mengatakan, tim yang berada di lapangan telah berhasil menemukan semua jenazah pada 12.30 WIT. Dalam penemuan tersebut, identifikasi secara cepat belum bisa dilakukan karena kondisi mayat yang cukup parah.
"Upaya ini berhasil dilakukan oleh tim gabungan Basarnas WNI, dan Polri, sebanyak 79 orang. Itu terdiri dari 50 orang relawan masyarakat, 20 personel TNI, dan 9 personel Basarnas," terangnya di Jakarta kemarin (18/8).
Sayangnya, proses evakuasi dari jasad-jasad yang ada masih belum bisa dilakukan. Hal tersebut karena rencana evakuasi menggunakan helikopter kemarin rupanya terkendala cuaca. Dengan cuaca mendung yang menyebabkan kabut membuat helikopter tak bisa mencapai tujuan.
Hingga 17.30 WIT, situasi sama sekali tak berubah. Karena itu, tim di lapangan memutuskan untuk memberhentikan operasi kemarin dan melanjutkannya Selasa (18/8). Dalam rencana tersebut, pihaknya menambahkan pilihan untuk melakukan evakuasi lewat darat. Hal tersebut jika cuaca kembali tak mendukung.
"Kalau memungkinkan, kami akan menggunakan Helikopter Bell milik Freeport. Piihan lain, kami akan melakukan evakuasi darat ke Oksibil setelah itu semua akan diantarkan ke Bandara Sentani," imbuhnya.
Menurut informasi, lokasi jatuhnya pesawat sebenarnya tak jauh dari Bandara Oksibil. Hanya 14 kilometer (km). Namun, sekitar empat km dari jalur tak bisa dilalui oleh kendaraan. Namun, jalur sepanjang empat km tersebut butuh 5-6 jam dengan cara berjalan kaki.
Sementara itu, tim Disaster Victim Identification Polri hingga saat ini belum juga mengidentifikasi seorang penumpang pun. Posisi Tim DVI Polda Papua hingga Selasa pagi belum juga sampai ke titik lokasi pesawat jatuh.
Pusdokkes Polri Brigjen Arthur Tampi menuturkan, kontak terakhir dengan tim DVI di lapangan itu pagi tadi sekitar pukul 09.00 dan tim DVI ada dipastikan sampai Oksibil. Namun, belum sampai lokasi jatuhnya pesawat karena cuaca dan kondisi alam yang ekstrim. Artinya, hingga Selasa pagi belum ada penumpang yang bisa diidentifikasi. "Tapi, tidak diketahui bagaimana perkembangan sore ini, sudah mengidentifikasi atau belum. Kami tidak bisa komunikasi karena memang tidak ada jaringan sinyal," paparnya.
Untuk posisi tiga orang tim spesialis d posisinya berada di RS Bhayangkara Jayapura. Ketiganya dalam posisi mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. seperti, peralatan DVI. "Rencananya, malam ini saya dan seorang spesialis DNA juga akan memperkuat tim DVI ke Papua,"paparnya.
Apakah ada kekurangan alat DVI, dia menjelaskan bahwa sama sekali tidak ada kekurangan fasilitas. Bahkan, rencananya akan dikirim kontainer pendingin untuk berjaga-jaga. "Saya tidak ingin mendahului, tapi hanya bersiap-siap untuk lemari pendingin ini," tuturnya.
Terkait data ante mortem dari 54 penumpang Trigana Air, sudah ada 45 data penumpang yang diserahkan pihak keluarga. Data itu berupa, pakaian dan semua yang dikenakan untuk bisa mendapatkan DNA para penumpang. "Ada juga foto yang menunjukkan struktur gigi dan surat yang menunjukkan sidik jari," terangnya.
Sisanya, data ante mortem yang belum didapatkan itu karena keluarga masih berupaya mengumpulkannya. "Saya yakin data tersebut bisa didapatkan," terang jenderal bintang satu tersebut.
Bila penumpang sudah ditemukan, berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semuanya? Dia menjawab bahwa tim DVI akan berusaha sekeras mungkin menyelesaikannya. Tentunya, soal waktu diusahakan secepatnya.
Yang bisa memperlambat waktu itu hanya bila kondisi penumpang sudah tidak memungkinkan. Karena, akan memerlukan tes DNA. "Kalau tes DNA ini butuh waktu lebih lama," ujarnya.
Kepala Sub Komite Penyelidikan Kecelakaan Transportasi Udara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Masruri mengatakan bahwa pihaknya belum mendapatkan informasi resmi terkait penemuan black box oleh Basarnas. Meski demikian, KNKT mengetahui informasi tersebut melalui web. "Saya melihat ada tentara yang memegang dan yakin yang dibawa ada black box," paparnya.
Keadaan yang terlihat adalah black box tersebut dalam keadaannya penyok di beberapa sisi. "Yang terpenting adalah memori dan instalasi kabel yang ada di dalamnya," jelasnya.
Jika tidak, maka black box tersebut harus dikirim ke perusahaan yang memproduksinya. Setelah ditemukan, black box nantinya akan dibawa ke laboratorium dan dilakukan inspeksi terkait kerusakan alat tersebut. Baru setelahnya, akan bisa diproses.
Prosesnya pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Yakni, hingga 1 tahun untuk mendapatkan final report jika keadaan memorinya masih utuh. "Namun, kami yakin tidak rusak, karena alat tersebut sudah dilindungi oleh daya benturan dan panas yang cukup besar," jelasnya
Masruri, menyebutkan jika Kementerian Perhubungan hanya memberikan waktu 1 bulan, maka KNKT akan memberikan informasi sebatas factual report saja. Yakni, terkait kondisi sebelum pesawat jatuh, lokasi terjadinya kecelakan, dan keadaan penumpang. Sebagai informasi, untuk mendapatkan informasi secara lengkap harus memenuhi empat tahapan. Yakni, factual report, analisis komperhensif, draft report dan final report.
Sementara itu, PT Pos Indonesia memastikan, jika dana PSKS sebesar Rp. 6,5 Miliar yang ikut dalam penerbangan pesawat nahas itu aman. Sebab, dana PSKS yang dibawa oleh empat orang pegawainya sudah diasuransikan. "Sudah terkonfirmasi bahwa dana PSKS turut hilang dalam musibah ini, maka pihak asuransi akan memberikan pengganti," kata sekretaris perusahaan PT Pos Indonesia, Amrizal melalui rilisnya.
Terkait kapan dana tersebut bias dicairkan, Amrizal menyebutkan akan menyesuaikan dengan kesiapan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang. Sebab secara teknis, pemda lah yang tahu kesiapannya. "Secepatnya akan kami komunikasikan," terangnya.
Dia juga mengakui, proses pencairan dana di wilayah tersebut agak sulit. Pasalnya, wilayah kabupaten Pegunungan Bintang tidak memiliki akses perbankan yang memadai.
Akibatnya, proses pengiriman tidak bisa dilakukan secara transfer. "Kami harus membawanya dalam bentuk tunai," pungkasnya.
Pernyataan senada juga diungkapkan Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu memastikan, hak warga untuk mendapatkan dana PSKS tidak akan hilang. "Insiden hilangnya pesawat dipastikan tidak mengganggu pelayanan dana KKS di Pegunungan Bintang," terangnya. (bil/idr/lus/far)