IMAM/EKSPRES |
Kepala Perum Bulog Sub Divre Kedu Drive Jateng Muhammad Imron Rosadi SE pada rapat Koordinasi Penyerapan Gabah/Beras di Makodim 0709/Kebumen, Jumat (14/8) lalu telah menargetkan penyerapan gabah musim panen ini. Tujuannya, stok beras di gudang akan aman sampai batas waktu yang ditentukan. Adapun untuk harga Gabah Kering Panen (GKP) tingkat petani Rp 3.700 sedangkan untuk GKP tingkat penggilingan Rp 3.750. Sedangkan gabah kering giling (GKG) dan tingkat penggilingan adalah Rp 4.600. Sementara, harga Beras di Bulog Rp 7.300.
Namun pantauan di lapangan menunjukkan, petani malah mengeluhkan rendahnya harga pokok pembelian (HPP) yang ditetapkan pemerintah. HPP sebesar Rp Rp 3.700 per kilogram itu dinilai terlalu rendah. Alhasil, mereka enggan menjual gabah ke Bulog yang notebene kepanjangan tangan pemerintah.
Salah satu petani di Desa Sangubanyu Lukman Baihaqi (30) mengatakan para petani lebih berani menjual beras di pasar dengan harga yang melebihi HPP. Misalnya, untuk gabah kering panen (GKP) per kilogram di pasaran bisa dihargai Rp 5.200 Sedangkan di Bulog dihargai Rp 3.700 per kilogram. “Namanya juga menjual, tentunya memilih yang berani mahal. Kalau dijual ke bulog keuntungannya tidak seberapa, padahal untuk ongkos produksinya saja sudah cukup tinggi,” tutur warga Dukuh Karangdelik Desa Sangubanyu RT 01 RW 02 Kecamatan Buluspesantren kepada Ekspres, Jumat (21/8/2015).
Menurut dia, sudah menjadi kebiasaan pada musim panen raya harga akan sedikit mengalami penurunan. Akan tetapi petani lebih tertarik menjualnya ke pasar/perorangan, ketimbang ke pemerintah. Selain karena harganya lebih tinggi, petani juga merasa lebih praktis.“Kalau mau menjual, ya tinggal mengundang pembelinya saja. Maka dengan senang hati mereka akan datang,” katanya. (mam)