IMAM/EKSPRES |
Hal itu ditegaskan, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kebumen Mohammad Dawamudin, saat menjadi narasumber Seminar Kebangsaan menyongsong 70 tahun Kemerdekaan tahun 2015 di Pendopo Bupati, Jumat (28/8/2015).
Sedikitnya 168 peserta dari unsur TNI, Polri pelajar, mahasiswa dan masyarakat mengikuti seminar yang bertemakan “Memperkokoh Penerapan Nilai Luhur Budaya Bangsa Sebagai Modal Utama Menuju Indonesia Emas Tahun 2045. Selain Dawamudin, tampak kemarin, Dandim 0709 Kebumen Letkol (Inf) Putera Widyawinaya SH serta Pj Bupati Kebumen, Drs Arif Irwanto MSi. Sementara moderator oleh Pengawas Pendidikan Warjan SPd MM.
Menurut Dawamudin, gerakan tersebut tumbuh seiring munculnya kebebasan berpendapat dan berkelompok setelah era reformasi. "Pasca reformasi, memberi peluang bagi gerakan Islam transnasional yang ingin merubah NKRI menjadi satu dengan sistem Khilafah Islamiyah," ungkapnya.
Saat ini, kata dia, harus diakui telah muncul virus gerakan Islam transnasional yang berobsesi ingin merubah Pancasila dan UUD 45 menjadi Khilafah Islamiyah. Dawam mencontohkan gerakan Islam transnasional, seperti hizbut tahrir dan ikhwanul muslimin. "Gerakan tersebut harus diwaspadai," tegas pria yang juga pengurus PCNU Kabupaten Kebumen.
Bahkan, ungkap Dawamudin, gerakan tersebut disinyalir sudah menyusup ke berbagai ormas termasuk NU. Ia berpendapatan gerakan ini sudah menginfiltrasi ke berbagai segmen. "Baik PP Muhamadiyah dan PBNU telah mengakui bahayanya gerakan Islam transnasional," ucapnya.
Ia melanjutkan, dulu ancaman garis keras ada diluar pemerintahan seperti DI/TII. Tetapi sekarang sudah masuk dalam pemerintahan termasuk parlemen dan sudah menjadi jauh lebih berbahaya dari sebelumnya.
Dawam mengingatkan anak muda Kebumen agar tidak menggubris rayuan kelompok Islam transnasional tersebut karena gerakan tersebut sangat utopis dan tidak masuk akal. "Kalau ada yang mengatakan Indonesia negara kafir jangan digubris. Itu sungguh gerakan yang tidak masuk akal, sangat utopis," tegasnya. "Bagaimana mungkin sejagad dipimpin dan tunduk pada satu Khilafah. Lha wong negara Islam sendiri saja sering bentrok. Bagaimana mungkin mengatur dunia, sangat tidak masuk akal," tandasnya.
Dandim 0709/Kebumen Letkol Inf Putra Widyawinaya SH meminta masyarakat kembali menggunakan semangat gotong-royong dan bersatu. Kekuatan itu akan dijadikan energi bersama untuk menghadapi semua musuh yang menjadi ancaman NKRI.
Pasalnya, menurut Putera, bangsa Indonesia juga sedang dihadapkan pada ancaman yang nyata dan tidak ringan. Ancaman itu disebut dengan istilah perang proxy. Dijelaskannya Proxy war atau Perang proksi adalah perang yang terjadi ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga itu digunakan sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung.
Sementara itu, Arif Irwanto menyampaikan pentingnya masyarakat untuk kembali mencintai produk-produk dalam negeri. Pasalnya jika masyarakat selalu menggunakan barang impor maka negara ini sudah tidak mempunyai kekuatan lagi. Alasannya dengan membeli barang impor maka negara produsennya akan semakin kaya. Sementara kita sebagai konsumen tentunya akan semakin miskin.“Saat ini banyak yang berpikir instan, dari pada susah membuat lebih baik membeli, lagian harganya juga murah. Inilah yang akan mematikan kreatifitas kita. Akibatnya kita akan terus menjadi bangsa konsumen,” paparnya.(ori/mam)