PURBALINGGA - Dua pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati, Pemilihan Kepala Daerah (Pilakda) Purbalingga 2015, H Tasdi SH MM dan Dyah Hayuning Pratiwi SE B Econ, serta Sugeng SH MSi dan Sutjipto SH, mengikuti tes kejiwaan di RSUD dr Goeteng Taroenadibrata, kemarin (5/8). Tes kesehatan tersebut, diawasi langsung oleh dr Muhammad Ridwan El Muhaimin SpKj, dokter Jiwa dari RSKJ Supono Mustajab Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga.
Ketua tim pemeriksa kesehatan paslon bupati dan wakil bupati dr Ujang Yanyan Mulyana mengatakan, tes tersebut menjadi salah satu syarat dalam proses pilkada.
Tujuannya, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan calon kepala daerah dalam menghadapi stres, tekanan dan kondisi yang mendesak."Dari hasil tes ini, akan kita sampaikan kepada kepada KPU, untuk digunakan sesuai dengan peruntukannya," tuturnya.
Dia menambahkan, karena tak memiliki dokter spesialis kejiawaan, maka pihaknya meminta bantuan kepada RSKJ Supono Mustajab. "dr Ridwan sengaja kami datangkan, khusus untuk tes kejiawaan," katanya.
Terpisah dr Ridwan mengatakan, ada tiga hal yang diperiksa dalam tes kejiawaan tersebut. "Setelah itu, dipertegas melalui tes lisan kejiawaan, yang dilakukan satu per satu," imbuhnya.
Sementara itu, dua paslon bupati dan wakil bupati kompak mengaku tidak ada persiapan khusus, untuk mengikuti tes kejiawaan. H Tasdi SH MM mengaku hanya cukup istirahat, sebelum mengikuti tes.
Pasangannya, Dyah Hayuning Pratiwi SE B Econ juga mengatakan hal yang sama, dengan Tasdi. "Saya sudah beberapa kali mengikuti tes seperti ini, saat masih bekerja. Jadi tes seperti ini bukan hal yang baru bagi saja. Jadi alhamdulillah, saya lancar semua tes yang saya lakukan," jelasnya.
Sugeng SH MSi dan pasangannya Sutjipto SH juag mengaku tidak memiliki persiapan khusus, untuk mengikuti tes. "Seperti hari-hari biasanya saja, istirahat yang cukupsaja," ujar Sugeng dan Sutjipto kompak.
Ketua KPU Purbalingga Sri Wahyuni AKS mengatakan, hasil tes kejiawaan ini, akan menjadi indikator bagi KPU, untuk menentukan apakah calon memenuhi syarat atau tidak
mengikuti Pilkada. "Menurut jadwal, hasil tes akan diserahkan pada tanggal 7 (Agustus). Selanjutnya, hasil tes ini akan kami verifikasi bersama dokumen yang lain, untuk selanjutkan kami umumkan apakah sudah lengkap atau belum," jelasnya terpisah.
Dia menambahkan, dari dua hari tes kesehatan, jika diketahui salah satu paslon memiliki penyakit kronis, yang tidak bisa disembuhkan dan akan menghalangi tugasnya, jika menjadi bupati atau wakil bupati, maka calon tersebut akan dikembalikan kepada partai. Dia menyebutkan, salah satunya adalah penyakit kanker yang sudah masuk ke stadium empat.
"Namun, jika hanya sebatas penyakit yang masih bisa disembuhkan atau diobati, maka masih memungkinkan untuk ditetapkan menjadi calon," imbuhnya.
Berdasarkan pantauan Radarmas, calon bupati H Tasdi SH MM datang paling awal, sekira pukul 08.30 WIB. Kemudian selang 15 menit, datang dibelakangnya Dyah Hayuning Pratiwi SE B Econ.
Kemudian diikuti Sugeng SH datang ke RSUD, menggunakan mobil pribadi. Calon wakil bupati Sutjipto SH, datang paling akhir, bersama istrinya.
Setelah sarapan pagi, kemudian mereka mengikuti tes kejiwaan, dalam dua tahap. Tahap pertama, dua paslon bupati dan wakil bupati mengerjakan tes kejiwaan tertulis, sebanyak 350 soal. Setelah itu, dilanjutkan dengan tes lisan kejiwaan. (tya)
Ketua tim pemeriksa kesehatan paslon bupati dan wakil bupati dr Ujang Yanyan Mulyana mengatakan, tes tersebut menjadi salah satu syarat dalam proses pilkada.
Tujuannya, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan calon kepala daerah dalam menghadapi stres, tekanan dan kondisi yang mendesak."Dari hasil tes ini, akan kita sampaikan kepada kepada KPU, untuk digunakan sesuai dengan peruntukannya," tuturnya.
Dia menambahkan, karena tak memiliki dokter spesialis kejiawaan, maka pihaknya meminta bantuan kepada RSKJ Supono Mustajab. "dr Ridwan sengaja kami datangkan, khusus untuk tes kejiawaan," katanya.
Terpisah dr Ridwan mengatakan, ada tiga hal yang diperiksa dalam tes kejiawaan tersebut. "Setelah itu, dipertegas melalui tes lisan kejiawaan, yang dilakukan satu per satu," imbuhnya.
Sementara itu, dua paslon bupati dan wakil bupati kompak mengaku tidak ada persiapan khusus, untuk mengikuti tes kejiawaan. H Tasdi SH MM mengaku hanya cukup istirahat, sebelum mengikuti tes.
Pasangannya, Dyah Hayuning Pratiwi SE B Econ juga mengatakan hal yang sama, dengan Tasdi. "Saya sudah beberapa kali mengikuti tes seperti ini, saat masih bekerja. Jadi tes seperti ini bukan hal yang baru bagi saja. Jadi alhamdulillah, saya lancar semua tes yang saya lakukan," jelasnya.
Sugeng SH MSi dan pasangannya Sutjipto SH juag mengaku tidak memiliki persiapan khusus, untuk mengikuti tes. "Seperti hari-hari biasanya saja, istirahat yang cukupsaja," ujar Sugeng dan Sutjipto kompak.
Ketua KPU Purbalingga Sri Wahyuni AKS mengatakan, hasil tes kejiawaan ini, akan menjadi indikator bagi KPU, untuk menentukan apakah calon memenuhi syarat atau tidak
mengikuti Pilkada. "Menurut jadwal, hasil tes akan diserahkan pada tanggal 7 (Agustus). Selanjutnya, hasil tes ini akan kami verifikasi bersama dokumen yang lain, untuk selanjutkan kami umumkan apakah sudah lengkap atau belum," jelasnya terpisah.
Dia menambahkan, dari dua hari tes kesehatan, jika diketahui salah satu paslon memiliki penyakit kronis, yang tidak bisa disembuhkan dan akan menghalangi tugasnya, jika menjadi bupati atau wakil bupati, maka calon tersebut akan dikembalikan kepada partai. Dia menyebutkan, salah satunya adalah penyakit kanker yang sudah masuk ke stadium empat.
"Namun, jika hanya sebatas penyakit yang masih bisa disembuhkan atau diobati, maka masih memungkinkan untuk ditetapkan menjadi calon," imbuhnya.
Berdasarkan pantauan Radarmas, calon bupati H Tasdi SH MM datang paling awal, sekira pukul 08.30 WIB. Kemudian selang 15 menit, datang dibelakangnya Dyah Hayuning Pratiwi SE B Econ.
Kemudian diikuti Sugeng SH datang ke RSUD, menggunakan mobil pribadi. Calon wakil bupati Sutjipto SH, datang paling akhir, bersama istrinya.
Setelah sarapan pagi, kemudian mereka mengikuti tes kejiwaan, dalam dua tahap. Tahap pertama, dua paslon bupati dan wakil bupati mengerjakan tes kejiwaan tertulis, sebanyak 350 soal. Setelah itu, dilanjutkan dengan tes lisan kejiwaan. (tya)