YERRY NOVEL/RADAR SLAWI |
Administratur (Adm) Perhutani KPH Balapulang, Gunawan Sidik Pramono melalui Humasnya, Juli Kusnadi, mengungkapkan, kebakaran itu terbanyak terjadi di wilayah Kabupaten Tegal. Diantaranya di wilayah Kecamatan Margasari, dan Kecamatan Balapulang. Sedangkan di Kabupaten Brebes, terbanyak di wilayah Kecamatan Banjarharjo. Dia menduga, penyebab kebakaran hutan jati itu karena ulah manusia. "Kami telah melakukan langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya kebakaran dan menyiapkan langkah penanganan jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran," ungkapnya, kemarin.
Juli menyebutkan, pada H-1 (16/7) lebaran lalu, kebakaran hutan jati terjadi di Desa Kaligimber Kecamatan Balapulang. Kebakaran itu meluas hingga sekitar 1 ha lebih. Tiga hari berselang, saat H+3 (20/7) lebaran kemarin, juga terjadi kebakaran hutan jati di wilayah Desa Jatilawang Kecamatan Margasari.
"Kejadian kebakaran memang tidak menimbulkan korban jiwa, tapi asapnya sempat mengganggu pemudik yang saat itu melintas di jalan Tegal - Purwokerto," paparnya.
Dia mengutarakan, jumlah lahan hutan jati di Kabupaten Tegal dan Brebes sebanyak 29 ribu Ha. Dari jumlah tersebut, lebih dari 200 Ha rawan terjadi kebakaran di musim kemarau dan dampak dari gelombang El Nino. Biasanya, kebakaran itu berawal dari seseorang yang tengah melintas di lingkungan hutan dan membuang putung rokok atau melakukan pembakaran sampah secara sembarangan.
"Yang sering di tepi jalan raya Tegal-Purwokerto. Tepatnya di lahan hutan jati Balapulang," ujarnya.
Upaya mengantisipasi kebakaran, dia mengaku, KPH Balapulang telah meminta bantuan kepada seluruh kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan hutan. Mereka diminta untuk melakukan langkah preventif dan waspada terhadap kebakaran hutan.
"Kami juga telah melakukan patroli rutin dan sosialiasi kepada masyarakat di sekitar kawasan hutan di Kecamatan Margasari, Balapulang dan Banjarharjo," katanya. (yer)