IMAM/ESKPRES |
Akibatnya, darah mengalir dari keningnya. Karena lumayan banyak, darah itu lantas membasahi bajunya. Padahal, saat itu, Widodo Sunu mengenakan seragam Kades. Jadi, seragam kades itu terlihat "basah" oleh darah. Sementara pergelangan tangan kirinya retak saat berusaha menangkis pukulan tentara yang berupaya menghalau demonstran.
Menurut Widodo Sunu, luka itu diperolehnya saat tengah melakukan orasi. "Kami datang dan meminta penjelasan mengenai legalitas pemagaran oleh TNI AD. Ketika sedang orasi, tentara-tentara itu menyerbu. Kepala saya terkena pukulan tongkat. Tangan saya yang berusaha menangkis pukulan ikut kena dan terasa sakit," kata Widodo Sunu saat dirawat di Puskesmas Kecamatan Mirit.
Sejumlah warga mengatakan, Widodo Sunu sampai harus ditarik ke luar kerumunan agar tidak sampai terjadi sesuatu yang lebih buruk. Lalu, Sunu dilarikan ke Puskesmas Mirit dengan menggunakan sepeda motor. Sunu sendiri pingsan saat itu. Dari hasil pemeriksaan sementara, tangan Widodo Sunu diduga mengalami fraktur. "Untuk memastikan, pasien dirujuk ke RSUD Dr Soedirman," kata Kepala Puskesmas Kecamatan Mirit, Yamoto SKM MSi.
Total ada 10 pengunjuk rasa mengalami luka pada insiden bentrokan Sabtu siang. Enam diantaranya, termasuk Widodo Sunu, dirujuk ke RSUD Kebumen. Hingga tadi siang, suasana di Desa Wiromartan masih mencekam.
Bentrok TNI AD dan warga bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya pada tahun 2011, pecah bentrok hingga mengakibatkan belasan warga luka-luka. Konflik berkepanjangan ini sendiri sudah dimulai pada tahun 2007 saat warga menyatakan penolakan kawasan Kebumen selatan (urut sewu) ditetapkan menjadi kawasan pertahanan dan keamanan dan menjadi tempat latihan tembak untuk TNI AD.
Warga menginginkan, kawasan tersebut dijadikan kawasan wisata dan pertanian. (cah/mam)