F-ENDRAYANI DEWI/JAWA POS |
Kepala Balitbang Kesehatan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, dalam tiga terakhir muncul 14 kasus penyakit pernafasan ini. Tjandra mengatakan pada 17 Agutsus lalu pemerintah Saudi melaporkan tambahan 9 kasus MERS CoV. Jika dihitung selama tiga hari terakhir, telah terjadi penambahan kasus MERS CoV sebanyak 14 kasus dan 4 kasus lainnya yang berujung kematian.
Jika dikalkulasi sepanjang 2015, telah terjadi 46 kasus MERS CoV di Saudi. "Laporan kasus baru ini terjadi di Riyadh," katanya kemarin.
Titik kasus baru MERS CoV itu memang di Riyadh, sedangkan aktivitas jamaah haji nanti ada di Jeddah, Makkah, dan Madinah. Meskipun begitu Tjandra mengatakan calon jamaah haji harus tetap mewaspadainya. Menurut dia penularan MERS CoV cenderung terjadi di rumah sakit (RS). Untuk itu dia memberikan pesan khusus kepada jamaah yang nanti mengunjungi di RS, baik keperluan perawatan atau menemani jamaah lainnya.
Tjandra mengatakan selama berada di RS, jamaah sedapat mungkin menghindari kerumunan orang banyak. ";Terutama di poliklinik dan ruang gawat darurat (emergency room, red),"jelasnya.
Dia mencontohkan pengalaman di Korea Selatan, ada pasien MERS CoV yang menunggu giliran perawatan di ruang gawat darurat sambil terus batuk-batuk. Kemudian pasien ini menulari banyak orang di sekitarnya. Antisipasi berikutnya adalah menghindari seminimal mungkin menyentuh benda-benda yang banyak dipegang pengunjung atau pasien RS. Seperti pegangan tangga, gagang pintu, sadaran kursi, meja pendaftaran, dan sejenisnya. "Upaya ini memang tidak terlalu mudah, karena ada kalanya kita terpaksa memegangnya," katanya.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) selama di Saudi menurut Tjandra juga harus digalakkan. Diantaranya adalah membiasakan selalu cuci tangan pakai sabun setelah aktivitas di laur ruangan. Cuci tangan ini juga diupayakan selalu dilakukan sebelum dan sesudah makan. Selain itu Tjandra juga meminta jamaah tidak terlalu sering memegang hidung, mata, dan mulut dengan tangan sendiri.
Sejatinya MERS CoV sudah merebak dan mengancam jamaah haji sejak tahun lalu. Tetapi untungnya tahun lalu Kementerian Kesehatan tidak menerima laporan ada jamaah Indonesia yang tertular penyakit dengan tingkat kematian (case fatality rate/CFR) sekitar 43 persen itu.
Sementara itu Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Abdul Jamil terus memantau persiapan asrama haji jelang kedatangan jamaah pada 20 Agustus besok. Diantara yang menjadi perhatiannya adalah ketepatan waktu antara jamaah keluar asrama dengan jadwal penerbangan."Untuk itu semua asrama haji melakukan simulasi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk persiapan keberangkatan,"katanya.
Jamil menuturkan seluruh aktivitas persiapan penerbangan dilakukan di asrama haji. Seperti pengecekan dokumen keimigrasian dan barang bawaan jamaah. Setelah tiba di bandara, jamaah akan langsung masuk ke pesawat kemudian terbang.
Meskipun waktu pengecekan barang bawaan di asrama haji agak longgar, Jamil tetap meminta jamaah disiplin membawa perbekalaan."Jangan membawa yang aneh-aneh dan dilarang dalam aturan penerbangan," katanya.
Dia mengaca pengalaman tahun lalu, di embarkasi Surabaya ada jamaah yang ketahuan membawa buku nikah. Menurut Jamil kedisiplinan membawa barang bawaan sesuai aturan bisa mempercepat proses pengecekan sebelum meluncur ke bandara. (wan))