fatimah/ekspres |
Para warga telah berkumpul di rumah Ketua RW sejak pukul 08.00 pagi hari. Mereka kemudian menyuarakan " Hapuskan Debu " untuk pihak PLTU agar dapat membebaskan warga dari debu yang terus menjadi ketakutan warga akibat dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan warga di sekitar PLTU Cilacap.
" Debu sudah menjadi ketakutan tersendiri bagi warga sekitar sini sejak awal PLTU dibangun tahun 2006 tetapi akhir-akhir ini meningkat lagi. Sudah sangat sering debunya masuk rumah karena asap dari cerobong PLTU tersebut. Bahkan debunya sudah diuji hingga di Kementerian Lingkungan Hidup di Jakarta dan memang sangat berbahaya untuk kesehatan. Sehingga kita minta debu dan polusinya dibebaskan dan dibersihkan dengan segera agar tidak merugikan warga lagi, " ucap Supriyatun, salah satu warga RW 1 Karangkandri.
Warga lain juga mengeluhkan bahwa sejak PLTU dibangun tidak ada tindakan realistis dari pihak PLTU terkait debu yang setiap hari membuat kotor halaman rumahnya. Bahkan, debu yang berasal dari asap PLTU tersebut hanya dilakukan penyiraman saja oleh petugas PLTU untuk menghilangkan debu sementara.
Setelah demo dilakukan, Kepala Desa Karangkandri, Caisim kemudian bersama dengan perwakilan beberapa warga yang demo menemui pihak PLTU untuk kemudian menyuarakan keluhan mereka. Namun, Caisim juga mengatakan kepada warga untuk tidak berbondong-bondong ke PLTU karena dirinya akan mewakili warga untuk menyampaikan yang diinginkan warga.
" Saya bersama dengan pak RW beserta dengan perwakilan warga datang langsung ke PLTU untuk bertemu dengan petinggi PLTU terkait debu polusi yang kini telah menebal dan semakin membahayakan kesehatan warga. Sehingga kita akan berunding untuk membuat kesepakatan solusi yang terbaik, " ucapnya.
Sementara itu, General Manager PT S2P PLTU Karangkandri, Ir. Irvan Rachmat menanggapi dengan positif masyarakat yang telah berani menyuarakan keluahan mereka terhadap PLTU. Pihaknya juga mengakui bahwa intensitas debu sejak minggu lalu meningkat karena adanya kesalahan teknis selain karena adanya musim kemarau yang juga berdampak.
" Ada kendala teknis yaitu pipanya memang bocor sehingga debunya menjadi menyebar dan ini memang terjadi selama hari kamis dan juga jumat. Namun langsung kami benahi sehingga hari Jumat sudah beres, " ujarnya.
Irvan juga mengatakan bahwa warga sempat meminta kompensasi namun pihak PLTU belum dapat menjawab mengenai pengajuan kompensasi tersebut dikarenakan pihaknya bukan merupakan yang berwenang. Sehingga nantinya untuk menemukan solusi yang terbaik untuk warga, pihak PLTU meminta kepada warga untuk 2 hari diberikan waktu untuk berkonsolidasi dengan pihak internal.
" Untuk kompensasi kita masih meminta waktu namun untuk pengembangan usaha per RT untuk kelompok ibu-ibu untuk sama-sama dapat mengembangkan usaha. Harapannya kelompok ini dapat memberikan dampak positif karena ekonomi agak lesu sehingga apa yang ditawarkan harapannya bisa diterima warga dalam kontrol sosial. Karena pihak PLTU juga sebenarnya mempunyai dua koperasi, dengan ini akan di intenskan lewat warga. Dan kita juga berharap dan akan terus mengantisipasi agar jangan sampai terjadi lagi, " ujarnya. (hen)