![]() |
agung/ekspres |
Hal itu dirasakan petani tembakau di Desa Pacekelan, Kecamatan Purworejo Kota. Dibandingkan harga jual hasil tembakau tahun sebelumnya, kondisi saat ini hanya mendapat separuhnya saja.
"Musim panen tembakau kemarin, harga tembakau satu kilo atau kalau diistilahkan disini satu emplek, bisa mencapai Rp 100.000 tapi sekarang paling tinggi hanya Rp 50.000 saja," ujar Amat Toha, Sekretaris Desa Pacekelan kepada Ekspres, Rabu (30/9).
Menurut Toha, tingginya harga jual tahun kemarin dikarenakan hasil panen petani terbilang buruk. Di saat awal mulai menanam, lahan petani diterjang banjir cukup besar sehingga hanya sedikit yang bisa diteruskan pengembangannya.
"Untuk tahun ini, ibaratnya tidak ada yang gagal. Dan hasil akhirnya memang benar-benar bagus. Ya seperti hukum ekonomi mas, kalau barangnya banyak harganya pasti turun," tambahnya.
Meski demikian, hal itu tidak menjadi masalah bagi petani, karena pendapatan yang diperoleh relatif sama karena produknya relatif sangat tinggi.
Hasil tembakau yang dikembangkan masyarakat Pacekelan, kata Toha, selama ini hanya bisa dijual di dalam Purworejo saja. Kalaupun keluar hanyalah di daerah-daerah yang sangat dengan dengan Purworejo.
"Disini, tembakaunya disebut tembakau mBendungan dan berbeda dengan tembakau-tembakau lain di luar wilayah seperti misalnya Ketangi (Kecamatan Purwodadi-red). Katanya tembakau sini, kadar nikotinnya sangat tinggi," tambahnya.
Adapun tembakau yang dihasilkan, selain diserap 3 perusahaan rokok (PR) lokal yang ada di desa setempat, sebagian besar yang lain dijual kepada pedagang yang ada di pasar-pasar tradisional di Purworejo. (baj)