SUDARNO AHMAD/EKSPRES |
Padahal tugu yang letaknya tak jauh dari bangunan RSUD lawas tersebut merupakan simbol telah terjadi peristiwa sejarah untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia 1947. Berbagai tulisan tak pantas dengan pilok memenuhi tugu tersebut. Seperti Ediot, Fuck The Kimcil, dan tulisan tak pantas lainnya.
Salah seorang warga, Dodo (33) mengatakan, Tugu Renville bukan kali ini saja menjadi sasaran aksi vandalisme. Pada 2014 lalu juga mengalami hal yang sama. "Setelah dibersihkan, ini kok ada kaya gini lagi," kata dia, yang setiap hari melewati tempat itu untuk mencari rumput.
Dodo mengaku tak tahu siapa pelaku aksi vandalisme tersebut. Selain itu, dia juga tidak dapat memastikan persisnya aksi tersebut dilakukan. "Karena disini kan sepi banget, jadi banyak nggak tau kapan aksi coret-coret itu," ucapnya.
Pembina Yayasan Wahyu Pancasila, Ravie Ananda, menyayangkan aksi vandalisme di Tugu Ranville kembali terjadi. Ia mengkhawatirkan vandalisme pada tugu tersebut menyebabkan penerus generasi bangsa mulai pudar semangat jiwa nasionalismenya. "Vandalisme di Tugu Renville menunjukkan generasi muda Kebumen sangat kurang rasa nasionalismenya," kata Ravie Ananda, Sabtu (26/9/2015).
Ia menilai ulah pelaku vandalisme sebagai bentuk pencarian identitas anak muda yang tidak mengenal tempat menimbulkan sikap tidak simpatik. "Saya rasa aksi vandalisme ini sebagai subkultur anak muda sekarang. Namun sayang, media yang mereka gunakan tidak tepat," ujarnya.
Namun, Ravie menyebut, hal ini tidak mutlak kesalahan pemuda. Tetapi juga akibat generasi sebelumnya lemah dalam menanamkan nilai nasionalisme. Selain itu, kata dia, gagalnya peran pendidikan di Kebumen, khususnya tentang sejarah yang seharusnya bisa menguatkan nasionalisme. "Ini menjadi pertanyaan pula terhadap dunia pendidikan. Peran pendidik khususnya di sejarah harusnya bisa mendidik nasionalisme. Tidak hanya mengajar," tandasnya.(ori)