IMAM/EKSPRES |
Adapun ke enam sekolah tersebut diantaranya, Paud IT Ibnu Abbas, TK IT Ar Risalah, TK IT Ibnu Abbas, SD IT Ibnu Abbas, Sekolah Alam Luk Ulo, dan SMP IT Ar Risalah.
Dalam manasik itu, para siswa pun mengenakan kostum putih lengkap dengan atribut haji. Maskipun suasana panas namun para siswa yang didampingi oleh guru pembimbing tetap bersemangat mengelilingi replika ka'bah dan melaksanakan proses perjalanan rukun ibadah haji. Kegiatan manasik itu juga melibatkan pembimbing dari salah satu wali murid Hj Nur Fajriyah.
Kegiatan manasik , dibuka langsung oleh Bidang Dakwah Yayasan Ibnu Abbas Slamet Sudibyo. Dalam Kepala Yayasan Ibnu Abbas Agus Styobudi SSi menerangkan tentang tata cara ibadah haji. Mulai dari pelaksanaan wukuf di Padang Arafah, melempar Jumroh maupun saat melaksanakan Thawaf. Selain itu dia juga memimpin khutbah dan doa bersama, serta menjadi iman sholat sunat. “Ini sudah menggambarkan semua kegiatan yang dilaksanakan saat proses ibadah haji,” tuturnya.
Salah satu guru SD IT Ibnu Abbas Yanti Setiasih SPd mengatakan, pada kegiatan manasik ini para peserta di bagi menjadi 33 kloter, di masing-masing kloter terdapat satu pembimbing. Manasik dilaksanakan rutin oleh Yayasan Ibnu Abbas dua tahun sekali. Tujuannya agar mengenalkan pelaksanaan rukun Islam yang kelima sejak dini. “ Diharapkan setelah melaksanakan manasik, para siswa akan mempunyai cita-cita untuk menyempurnakan pelaksanaan ajaran Islam, dengan cara melaksanakan rukun Islam yang kelima,” katanya.
Dijelaskannya, dalam melaksanakan ibadah haji, terdapat tujuh rukun yang harus dipenuhi, diantaranya, niat, Wakuf di padang Arafah, Melempar Jumrah, Thowaf, Sa’i, Tahallul dan Berurutan. Menurut bahasa Tahallul berarti ‘menjadi boleh’ atau ‘dihalalkan’. Dengan demikian Tahallul ialah diperbolehkan, atau halal, keluar atau membebaskan diri dari seluruh larangan dan pantangan selama pelaksanaan Ihram. “Prakteknya dengan mencukur sebagian atau seluruh rambut di kepala atau menggunting sekurang-kurangnya tiga helai rambut, khususnya bagi kaum wanita,” paparnya.
Pada pelaksanaan haji yang terpenting adalah sabar dan selalu berprasangka baik, suasana panas di Mekah serta kondisi pelayanan yang kurang memuaskan harus dihadapi dengan sabar dan ikhlas oleh para jamaah. “Kadang makanannya telat, atau saat pelaksanakan Thowaf saling berdesak-desakan, hal itu harus dilalui dengan ikhlas,” ucap salah satu pembimbing Hj Nur Fajriyah. (mam)