![]() |
WAHYU HIDAYAT |
Pagelaran wayang kulit ini dibawakan oleh dua dalang sekaligus, yakni Dalang Ki Pujiono dari Solo dan Ki Wiwit Tri Kuncoro dari Pekalongan, dengan lakon 'Wisanggeni Krido'.
Kegiatan yang dihelat bertepatan dengan tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1437H itu mendapat sambutan antusias ratusan warga. Mereka membaur bersama anggota TNI, Polri, dan jajaran Forkominda Kota Pekalongan menyaksikan pentas wayang tersebut dari awal sampai akhir.
Sebelum lakon Wisanggeni Krido dimulai, acara dimeriahkan dengan penampilan beberapa pelajar SMA Pekalongan. Mereka menunjukkan kemahiran dalam seni karawatian dengan memainkan alat musik gamelan dan membawakan beberapa gending Jawa.
Dari pantauan, meskipun mereka mengaku hanya berlatih selama dua bulan, namun namun para siswi SMA tersebut tampak lihai dalam mengalunkan musik tradisional tersebut.
Pagelaran wayang kulit ini tambah meriah dengan penampilan beberapa 'wayang orang' yang membawakan peran sesuai dengan lakon yang disajikan pada malam itu. Salah satu yang turut ambil bagian dalam acara tersebut dengan berperan sebagai Gatotkaca adalah Fauzi Umar Lahji, yang tak lain merupakan salah seorang anggota DPRD Kota Pekalongan.
Lakon Wisanggeni Krido ini sendiri menceritakan patriotisme salah satu ksatria putra Arjuna yang bernama Wisanggeni dalam merebut kembali Negara Astina dari tangan Kurawa ke Pandawa.
Wisanggeni ini diceritakan sebagai kesatria sakti mandraguna. Ia dengan pantang menyerah mempertahankan kedaulatan negara, agama, bangsa dan negara. Dia memimpin para pemuda putra Pandawa untuk menegakkan keadilan dan membela nusa dan bangsa.
Secara simbolis, dimulainya pagelaran wayang ini ditandai dengan penyerahan tokoh wayang Wisanggeni dari Dandim kepada Dalang Ki Pujiono.
Dalam sambutannya, Dandim 0710/Pekalongan Letkol Inf Riza Anom Putranto mengungkapkan bahwa pagelaran wayang kulit itu salah satu upaya untuk melestarikan budaya luhur bangsa, sekaligus memperingati HUT ke-70 TNI dan HUT ke-65 Kodam IV/Diponegoro.
Ia menjelaskan, kegiatan tersebut juga menunjukkan bahwa TNI, Polri dan masyarakat di Pekalongan selalu guyub rukun tanpa batas. "Kita tunjukkan bahwa kerukunan masyarakat di sini baik sekali. Situasi aman dan tertib selalu terjaga," ungkapnya.
Dia berharap, peristiwa pembakaran tempat ibadah seperti yang terjadi di Aceh, ataupun Papua, jangan sampai terjadi di Pekalongan. "Masyarakat jangan mudah terprovokasi atas hal-hal yang berbau sara. Tetap jaga kerukunan," pesan Dandim.
"Kita pastinya telah mendengar adanya berita insiden pembakaran fasilitas ibadah di Aceh. Saya berharap hal tersebut tidak terjadi di Kota Pekalongan. Karena kita bisa lihat sendiri dalam kemanunggalan yang ada di malam hari ini. Adanya berbagai lapisan masyarakat, TNI, dan Polri bisa guyub rukun. Selain itu juga manunggalnya beberapa etnis dalam satu kesenian yang sering kita kenal dengan Arwana atau Arjati (Arab, Jawa, Tionghoa, Red)," tegas Dandim.
Dalam kesempatan tersebut dandim juga mengimbau kepada masyarakat terkait Pilkada 2015. Bahwa dalam menghadapi Pilkada nanti kondusivitas masyarakat harus tetap terjaga. "Meskipun kita berbeda-beda dalam memilih calon pemimpin, namun kita harus tetap kondusif dan menghargai satu sama lain," tandasnya.
Salah satu tokoh masyrakat yang mewakili Komunitas Kesenian Masyrakat Pekalongan, Karya Budiman, mengatakan bahwa terselengaranya pagelaran wayang tersebut berkontribusi besar terhadap pelestarian budaya. Tidak hanya budaya Jawa saja tetapi juga budaya Arab dan Tionghoa.
"Adanya kesenian yang mempersatukan tiga etnis, yakni Arab, Jawa dan Tionghoa merupakan sejarah baru bagi kita di bidang kesenian," ungkapnya. (way)