• Berita Terkini

    Sabtu, 17 Oktober 2015

    Kawanan Buaya Mulai Dekati Pemukiman Warga

    SUDARNO AHMAD/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Keberadaan buaya muara di Kali Bodo mulai membuat warga Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, resah. Pasalnya, buaya-buaya tersebut ternyata setiap malam selalu memasuki Kali Teba, anak sungai Kali Bodo, yang letaknya sangat dekat dengan pemukiman warga.

    Hal itu diketahui, setelah tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, melakukan identifikasi terhadap keberadaan buaya muara (Crocodile Porosis) di aliran Kali Bodo. Dari hasil penelusuran yang dilakukan dua malam oleh BKSDA, didapati empat ekor anak buaya dengan panjang sekitar dua meter berada di Kali Teba. Namun, selama ini warga sekitar tidak sadar ada kawanan buaya di sekitar mereka.

    "Iya, saya baru lihat kali ini. Tadinya nggak tahu, padahal saya sering nyari kerang di kali itu," kata Tumirah, salah satu warga yang tinggal di bantaran Kali Teba, Kamis (15/10/2015) malam.

    Kepala Desa Candirenggo, Adi Waluyo, mengatakan, selama ini tidak percaya ada kawanan predator tinggal di sekitar mereka. Namun, setelah dia melihat sendiri di Kali Teba, Adi Waluyo, baru percaya. "Saya lihat sendiri ada tiga ekor dengan panjang sekitar dua meteran, ada satu cukup besar yang dekat dengan daratan di Dukuh Teba, dekat dengan perkampungan," ujar Adi, kepada kebumenekspres.com.

    Ia meminta, BKSDA dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Kebumen, memindahkan buaya-buaya itu dari sekitar perkampungan warga. Warga terancam karena setiap hari memanfaatkan aliran sungai itu untuk mencari penghasilan. "Bahkan anak kecil sering main air karena airnya cukup bagus, kekhawatiran saya dan warga, suatu saat kecolongan buaya itu akan menyerang manusia. Sekarang masih aman karena ketersediaan makan masih aman. Tapi kalau nanti sudah tidak ada lagi makanan, apapun yang mereka temukan nantinya pasti akan dimakan," kata dia.

    Ia mengungkapkan, sejak banyak buaya muncul, 37 nelayan di Dukuh Teba, desa setempat lebih memilih tidak bekerja. Alasannya, karena warga takut diserang oleh satwa yang sebenarnya dilindungi oleh undang-undang itu. "Kita harap bisa dipindahkan dari sini, agar warga tenang dan dapat beraktifitas mencari ikan lagi. Kita menunggu kebijakan dari instansi terkait," tegasnya.

    Menurutnya, keselamatan warga lebih penting ketimbang buaya-buaya tersebut. Oleh karenanya, pihaknya mendesak agar secepatnya dievakuasi dari tempat itu. "Harus diambil langkah bijak segera dievakuasi, agar buaya selamat dan masyarakat juga selamat. Yaitu dengan ditempatkan di tempat yang lebih baik," pintanya.

    Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Jawa Tengah, Sartono, menegaskan pihaknya tidak sembarangan asal memindahkan buaya-buaya dari sekitar Kali Bodo. Tetapi harus dilakukan observasi dan identifikasi terlebih dulu. "Ini memang harus segera dicarikan solusinya, karena sudah termasuk konflik antara manusia dengan satwa yang dilindungi Undan-undang. Oleh karenanya penanganannya juga sesuai dengan undang-undang, tidak asal. Kedatangan kami ke sini bukan langsung menangkap, tetapi kita teliti dulu semuanya," terang Sartono, saat memimpin identifikasi.

    Sartono, menambahkan setelah selesai melakukan identifikasi, pihaknya akan langsung melaporkan ke Gubernur Jateng, untuk diambil keputusan.  Sebagian besar warga, kata dia, menginginkan untuk direlokasi. Menurut dia, penanganan konflik seperti di Candirenggo, memang ada aturannya. "Setelah kami identifikasi akan mengeluarkan rekomendasi kepada Kepala BKSDA, kemudian mengusulkan kepada gubernur untuk membentuk satgas menangani persoalan ini.

    Kalau rekomendasi untuk dievakuasi, ya kita evakuasi dulu. Yang penting  manusia selamat, satwanya juga selamat," tandasnya.(ori)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top