IMAM/EKSPRES |
Kini beberapa film-film dokumenter juga telah berhasil dibuat oleh siswa SMA/K di Kabupaten Kebumen. Isi film sangat mencerminkan kehidupan masyarakat Kebumen seperti seni Jamjaneng, Batik Gemeksekti hingga fenomena biji Jenitri.
Koordinator Komunitas Kedung Puput Juang mengatakan adanya beberapa pembuat film yang sudah mulai tumbuh perlu dibuatkan wadah. Dengan adanya wadah ini diharapkan akan mampu memfasilitasi dan mengembangkan minat bakat para pecinta film. “Kita juga berusaha untuk menggandeng dan menjalin komunikasi dengan swasta maupun pemerintah. Tujuannya agar dunia perfilman dapat berkembang di Kebumen,” tuturnya kepada Ekspres, Selasa (20/10/2015).
Salah satu pihak yang telah digandeng oleh Komunitas Kedung yang bermarkas di RT 4 RW 1 Desa Kedungpuji Kecamatan Gombongadalah Roemah Martha Tilaar Gombong. Deputi Program Roemah Martha Tilaar Sigit Tri Prabowo mengatakan Roemah Martha Tilaar Gombong menggelar berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat, baik untuk anak-anak, remaja dan masyarakat umum.
Semua kegiatan digelar dalam rangka perwujudan lima pilar Martha Tilaar Group yaitu Beauty Green (lingkungan), Beauty Culture (budaya), Beauty Education (pendidikan) dan Empowering Women (pemberdayaan perempuan). Terkait kerjasama dengan Komunitas Kedung dilaksanakan dengan kegiatan pemutaran film-film dokumenter karya para remaja Kebumen. Ini dimaksudkan agar para remaja lebih peka terhadap realitas sosial yang ada di sekitar. “Sekaligus juga mewadahi minat dan bakat di bidang sinema,” katanya.
Peminat Kajian Teologi, Sejarah dan Fenomena Sosial Teguh Hindarto MTh mengatakan,Film merupakan gambaran dari realita sosial. Film juga dapat menjadi media edukasi dan kritik terhadap kondisi sosial. Maka baik sekali jika dunia perfilman dapat dikembangkan di Kebumen. “Membuat bata merah juga dapat menjadi film dokumenter yang baik. Ini juga dapat menjadi media pengetahuan bagi masyarakat yang memang benar-benar tidak mengetahui proses pembuatan batu bata,” ucapnya. (mam)