IMAM/EKSPRES |
Hingga kemarin, penyebab kebakaran belum diketahui. Namun di titik api pertama ditemukan dua botol bekas bensin dan minyak tanah. “Kita tidak tahu ini ada kaitannya atau tidak, namun keberadaan botol itu berada di lokasi awal kebakaran,” tutur salah satu warga setempat Nur Rohman (36).
Peristiwa itu katanya, membuat warga dirugikan menyusul banyaknya tanaman yang mati. Api juga telanjur membuat rusaknya pipa dan selang air yang mengalirkan air dari pegunungan ke rumah penduduk. “Lebih dari ratusan meter selang dan paralon meleleh dan rusak,” katanya.
Zaenal Arif (37) warga lainnya mengaku dirugikan sekitar 30 meter paralon ukuran tiga perempat. Padahal paralon tersebut digunakan untuk mengalirkan air ke rumahnya. Dengan adanya kebakaran tersebut tentunya pihaknya akan kesulitan untuk mendapatkan air. “Sudah air susah didapat, malah instalasinya rusak,” katanya.
Di kawasan tersebut hampir setiap tahun terjadi kebakaran hutan saat musim kemarau. Penyebannya selalu tidak jelas. Kondisi pengunungan yang miskin air juga menjadi faktor sulitnya memadamkan api saat terjadi kebakaran. “Biasanya lebih besar dari ini, bahkan pernah hampir seluruh kawasan ini terbakar,” ucap Sudarno salah satu warga yang turut melihat kebakaran.
Sementara itu, Kasie Kedaruratan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen, Arif Rahmadi SSos membenarkan kejadian tersebut. Mengenai adanya botol bekas bensin dan minyak tanah, Arif tak bisa berkomentar banyak. "Mungkin ada instansi lain yang lebih berwenang. Yang terpenting, kami memadamkan api," katanya sembari mengatakan, pihaknya juga masih mencari tahu penyebab kebakaran di Bojongsari.
Arif juga menghimbau, agar warga tidak melakukan tindakan yang bisa memicu kebakaran seperti menyalakan api di sekitar tempat dan barang-barang yang mudah terbakar. "Tak hanya di kawasan hutan, kemarin ada warga Panjer yang membakar sampah nyaris saja membakar perumaha warga karena terlalu dekat dengan pemukiman penduduk," katanya.
Pada sejumlah kasus, kata Arif, pihaknya kesulitan melakukan pemadaman lantaran sulitnya mencari sumber air di musim kemarau seperti ini. "Jadi sekali lagi kami meminta warga masyarakat untuk selalu waspada agar tidak lagi terjadi kebakaran," pintanya.
Sebelumnya, Kawasan hutan Gupakanwara yang berada di perbatasan Desa Kemangguan dan Desa Karangtanjung, Kecamatan Alian, terbakar pada 18 September lalu. Kebakaran sempat membuat warga panik hingga akhirnya beramai-ramai memadamkan api.(mam/cah)