![]() |
NURUL FATAH |
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang Sutiyo SSos, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut untuk nguri-uri kebudayaan agar tetap lestari dengan mengedepankan dan memahami tentang nilai kebudayaan dan pariwisata, serta harus bersinergi dengan nilai-nilai keagamaan.
"Kegiatan ini di laksanakan satu kali dalam setahun dengan berbagai ritual. Sebelum penjamasan, semua pusaka diarak mengelilingi Pendopo Agung Kabupaten Batang," tutur Sutiyo.
Lanjutnya, ritual ini di samping sebagai budaya kearifan lokal yang harus dilestarikan, juga sebagai magnet atau daya tarik wisata di Kabupaten Batang yang memiliki banyak cerita budaya. Untuk Penjamasan Pusaka sendiri ada sebanyak 50 pusaka, namun sebagian sudah dilakukan penjamasan siang sebelumnya dan untuk malam ada 17 pusaka.
"Dari 50 pusaka, sebagian milik Pemkab Batang dan sebagian lagi merupakan milik masyarakat umum. Mudah-mudahan dengan adanya penjamasan ini, Kabupaten Batang dapat diberikan keselamatan," tandasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Batang H Soetadi SH MM, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya melestarikan budaya yang merupakan tugas sebagai generasi penerus untuk mengenang para leluhur yang telah berjuang untuk Kabupaten Batang. Kegiatan ini nguri-guri budaya bukan untuk mengkultusan benda atau senjata, apalagi dikaitkan dengan tumbangnya pohon beringin.
"Jangan disangkut pautkan dengan tumbangnya pohon beringin, ini merupakan kegiatan nguri-uri budaya. Tumbangnya pohon beringin di alun-alun karena faktor usia pohon yang sudah tua dan hanya karena Allah SWT," kata Soetadi.
Soetadi mengatakan bahwa ritual penjamasan ini merupakan salah satu cara merawat benda-benda atau pusaka yang memilki tetuah dan lazimnya dilakukan satu tahun sekali, yakni di awan bulan suro. Kegiatan ritual budaya memandikan dan merawat pusaka atau benda peninggalan adhi luhung para pendahulu, karena ada jalinan rasa atau ikatan batin terhadap sejarah dan makna di balik sejarah.
"Karena ada nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari dari aspek estetika dalam hubungan antar manusia alam dan Sang Khalik. Kita sebagai generasi penerus harus tetap menjaga kelestarian budaya yang ada di Kabupaten Batang," ujarnya. (rul)