SOLO- Segala pembangunan insfratuktur yang dilakukan pemerintah harus mengedepankan sisi kemanusiaan. Hal tersebut dimaksudkan agar proyek yang direncanakan oleh pemerintah tetap berjalan namun masyarakat pun mendukung dan memberikan apresiasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri perhubungan Ignatius Jonan saat menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional pengoptimalan pembangunan sistem serta fungsi kereta api sebagai transportasi missal nasional di aula gedung pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS), Sabtu(31/10).
Jonan mencontohkan pembangunan bandara baru di Jogjakarta yang menuai polemik pembebasan lahan. Menurutnya berlarut-larutnya masalah tersebut disebabkan karena pembangunan mengabaikan sisi kemanusiaan.
“Kalau secara regulasi sebenarnya dapat dilakukan pembangunan, namun muncul masalah pembebasan lahan. Sebenarnya ini bukan masalah keahlian dalam mengelola proyek namun lebih kepada hubungan sosial kepada masyarakat. Mereka yang tidak mau membebaskan tanah itu kan juga manusia, alangkah baiknya diperlakukan sebagaimana manusia,” kata Jonan.
Mantan Direktur utama PT.KAI itu pun memberikan solusi kepada seluruh proyek transportasi di Indonesia agar memberikan kesempatan satu orang anggota keluarga yang terkena pembebasan tanah untuk bekerja di angkasa pura. Tak hanya di proyek bandara, Jonan juga memberikan kompensasi yang sama pada warga yang terkena proyek jalur kereta api. “satu orang di keluarga itu diberi tampat di KAI setempat,” imbuhnya.
Alotnya masalah pembebasan lahan kerap dialami dalam penggarapan proyek di kementerian perhubungan. Ia pun menyebut bahwa kecakapan seluruh pihak di kementerian yang ia pimpin perlu ditingkatkan. Menurutnya perlu sumber daya manusia yang selain ahli dalam hal teknik juga mahir bersosial dan bermasyarakat. “kemarin banyak teknik sipil juga nggak berhasil, soalnya pada nggak tahu manusia,” katanya ringan.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia tersebut, kata Jonan, harus dibentuk sejak masih berada dalam lingkup akademis. Ia mengatakan tingkat kemampuan lulusan perguruan tinggi di ranah kerja kereta api jauh dari kata bagus. Menurutnya di tingkat universitas belum dibentuk ritme kerja sebagaimana yang dilakukan perusahaan. Hal itu sangat berpengaruh pada mentalitas kerja yang cenderung bersifat akademik namun lemah di sisi praktek. “kelemahan universitas adalah minimnya praktik di lapangan,” kata Jonan.
Sementara itu Rektor UNS, Rafik Karsidi mengatakan kampusnya kini masuk satu dari lima universitas yang ikut mengembangkan mobil nasional. Di bidang industry kereta api, UNS juga menjalin kerjasama dengan PT INKAI untuk memproduksi sebagian partikel-partikel dalam kereta api. “penduduk yang padat memang perlu pengembangan kereta api. Kita sudah menjalin kerjasama dengan INKAI untuk membuat partikel-partikel kereta api,” kata Rafik. (irw)
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri perhubungan Ignatius Jonan saat menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional pengoptimalan pembangunan sistem serta fungsi kereta api sebagai transportasi missal nasional di aula gedung pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS), Sabtu(31/10).
Jonan mencontohkan pembangunan bandara baru di Jogjakarta yang menuai polemik pembebasan lahan. Menurutnya berlarut-larutnya masalah tersebut disebabkan karena pembangunan mengabaikan sisi kemanusiaan.
“Kalau secara regulasi sebenarnya dapat dilakukan pembangunan, namun muncul masalah pembebasan lahan. Sebenarnya ini bukan masalah keahlian dalam mengelola proyek namun lebih kepada hubungan sosial kepada masyarakat. Mereka yang tidak mau membebaskan tanah itu kan juga manusia, alangkah baiknya diperlakukan sebagaimana manusia,” kata Jonan.
Mantan Direktur utama PT.KAI itu pun memberikan solusi kepada seluruh proyek transportasi di Indonesia agar memberikan kesempatan satu orang anggota keluarga yang terkena pembebasan tanah untuk bekerja di angkasa pura. Tak hanya di proyek bandara, Jonan juga memberikan kompensasi yang sama pada warga yang terkena proyek jalur kereta api. “satu orang di keluarga itu diberi tampat di KAI setempat,” imbuhnya.
Alotnya masalah pembebasan lahan kerap dialami dalam penggarapan proyek di kementerian perhubungan. Ia pun menyebut bahwa kecakapan seluruh pihak di kementerian yang ia pimpin perlu ditingkatkan. Menurutnya perlu sumber daya manusia yang selain ahli dalam hal teknik juga mahir bersosial dan bermasyarakat. “kemarin banyak teknik sipil juga nggak berhasil, soalnya pada nggak tahu manusia,” katanya ringan.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia tersebut, kata Jonan, harus dibentuk sejak masih berada dalam lingkup akademis. Ia mengatakan tingkat kemampuan lulusan perguruan tinggi di ranah kerja kereta api jauh dari kata bagus. Menurutnya di tingkat universitas belum dibentuk ritme kerja sebagaimana yang dilakukan perusahaan. Hal itu sangat berpengaruh pada mentalitas kerja yang cenderung bersifat akademik namun lemah di sisi praktek. “kelemahan universitas adalah minimnya praktik di lapangan,” kata Jonan.
Sementara itu Rektor UNS, Rafik Karsidi mengatakan kampusnya kini masuk satu dari lima universitas yang ikut mengembangkan mobil nasional. Di bidang industry kereta api, UNS juga menjalin kerjasama dengan PT INKAI untuk memproduksi sebagian partikel-partikel dalam kereta api. “penduduk yang padat memang perlu pengembangan kereta api. Kita sudah menjalin kerjasama dengan INKAI untuk membuat partikel-partikel kereta api,” kata Rafik. (irw)