putut/radmas |
Kedua rumah yang terbakar masing-masing rumah Mardi dan Supardi warga desa setempat. "Hanya lihat kepulan asap, saat saya mendekat api sudah membesar. Jadi warga langsung berteriak minta tolong dan membantu memadamkan api," kata saksi mata Suwardi (53).
Warga yang mengetahui kabar tersebut langsung bahu membahu memadamkan api. Namun, sulitnya air membuat pemadaman api sulit dilakukan warga. Api baru bisa dipadamkan setelah dua unit mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi.
Beruntung api cepat dipadamkan oleh mobil pemadam kebakaran. Sehingga, api tidak membakar rumah lain di pemukiman padat penduduk tersebut. Namun, akibat kebakaran tersebut dua rumah semi permanen warga habis terbakar.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencanna Daerah (BPBD) Purbalingga, Priyo Satmoko mengatakan, dari hasil penyelidikan awal api diduga berasal dari konsleting listrik. Dari konsleting listrik tersebut kemudian menyambar ke bahan yang mudah terbakar dan membesar.
Priyo menambahkan, akibat kebakaran tersebut, BPBD mencatat korban mengalami kerugian hingga Rp 75 juta. "Kerugian rumah semi permanen milik Mardi mencapai Rp 50 juta sedangkan, rumah non permanen Supardi Rp 25 juta," jelasnya.
Priyo menceritakan, saat musim kemarau seperti saat ini banyak material yang mudah terbakar. Sedangkan, alat pemadam maupun air di masyarakat susah didapatkan. Sehingga, membutuhkan waktu cukup lama untuk memadamkan api.
"Selama musim kemarau ini kebakaran meningkat," jelasnya.
Kepala pelaksana BPBD Purbalingga menghimbau kepada masyarakat agar lebih waspada terhadap bahaya kebakaran saat musim kemarau seperti ini. Masyarakat diminta bijak dalam mengelola api dan memastikan sambungan listrik sesuai dengan standar keamanan.(Jok)