GUNTUR AGA/DWI AGUS/radar jogja |
Kepala Dinas Kebudayaan DIJ Umar Priyono mengungkapkan, aksi para perupa ini patut diapresiasi. Memanfaatkan akses publik sebagai ruang berkesenian, sehingga karya tidak hanya terpajang di dalam ruang pamer.
“Ini namanya bocah tua nakal, karena yang ikut kebanyakan sudah berumur. Tapi aksi ini bagus, mereka mengkritisi apa yang terjadi dengan karya seni. Tidak hanya terkait kebijakan pemerintah, juga nilai-nilai norma dalam masyarakat,” kata Umar saat membuka pameran di selatan Tugu Pal Putih, Jumat sore (30/10).
Karya-karya yang dipasang tak hanya memanfaatkan ruang kosong. Juga mempertimbangkan ragam etika dan estetika dalam pemasangan karya. Pasalnya pemasangan ini memanfaatkan ruang publik yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak.
“Nah bagaimana agar tidak mengganggu fungsi ruang publik, tapi bisa merespons. Ada pesan juga dari seniman dengan pemasangan karya ini. Tentunya sesuai intepretasi para seniman akan apa yang dirasakan,” imbuh Umar.
Kolektor karya seni Dr. Oei Hong Djien turut hadir dalam pembukaan ini. Menurutnya, aksi para seniman perupa ini tergolong out of the box. Di mana para perupa yang tergabung dalam Asosiasi Pematung Indonesia menampilkan karya yang tidak biasa.
Karya patung sendiri identik dengan karya ruang pamer. Ini terlihat dalam atmosfer yang sudah terbangun selama ini. Di mana karya-karya patung cenderung dipajang di ruang pamer.
“Ini baru namanya street art, menempatkan karya di jalan. Menunjukkan bahwa seni itu tidak hanya milik kalangan ekslusif dan ini gebrakan dari API. Tapi semua kalangan dari atas hingga rakyat jelata bisa menikmati karya seni. Ya caranya dengan street art ini,” kata pria yang akrab disapa OHD ini.
Ketua JSPP Hedi Hariyanto mengungkapkan ide pameran sudah disusun sejak lama. Namun untuk eksekusi karya tidak bisa dilakukan secepatnya. Pasalnya harus konsultasi dengan curator dan pemerintah. Khususnya penggunaan ruang publik sebagai instalasi karya seni rupa.
Perupa yang terlibat dalam pameran ini tergolong masif. Di awal pendaftaraan menjaring 67 perupa. Setelah melalui proses seleksi terpilih 37 perupa. Sebelum dipasang, karya ini diwujudkan dalam pameran maket di kantor Dinas Kebudayaan DIJ beberapa waktu lalu.
“Para perupa ini memiliki semangat tinggi untuk menghias Jogjakarta. Mereka memiliki kepedulian terhadap Jogjakarta. Dari total awalnya 37 perupa tersisa 32 perupa yang siap dengan karyanya,” pungkas Hedi. (dwi/jko)