• Berita Terkini

    Senin, 12 Oktober 2015

    Para Guru di Sragen Tolak Mobilisasi di Pilkada

    INDRO SURPIYADI/RASO
    Diduga Dilibatkan Politik Praktis 
    SRAGEN – Mendekati masa pelaksanaan coblosan pemilihan kepala daerah (pilkada), sejumlah pegawai negeri dan kalangan guru di Kabupaten Sragen mulai bersikap. Secara tegas, mereka menolak aksi mobilisasi dan intervensi yang dilakukan sejumlah pejabat senior dan oknum pengawas sekolah untuk memenangkan salah satu pasangan calon (paslon) tertentu.

    Salah satu pengajar di lingkungan Dinas Pendidikan (Dispendik) Sragen yang menolak dikorankan namanya menagatakan, belakangan aksi penolakan dari para guru semakin kencang. Hal itu menyusul adanya sikap represif dan intervensi dari sejumlah pejabat senior dan oknum pengawas sekolah yang terus menekan agar para guru ikut sosialisasi.

    ”Tidak hanya sekadar mengarahkan, guru-guru dan kepala sekolah juga dibekali blangko perkiraan aspirasi dukungan untuk pasangan calon. Dalam blangko juga disebutkan status calon pemilih apakah PNS atau tidak,” bebernya, yang sehari-hari bekerja sebagai pengajar di sekolah menengah di Sragen itu kemarin (11/10/2015).

    Sebagai pegawai negeri, dia menyayangkan sejumlah pejabat seniornya yang terlalu dalam melibatkan para guru dan pegawai untuk terlibat dalam politik praktis. Bahkan tidak jarang sejumlah nada intimidasi berupa ancaman akan dipindah ke daerah pelosok. Padahal sebagai pejabat senior pihaknya berharap mereka bisa menjadi teladan bagi pegawai yang masih muda-muda untuk memberikan pengabdian terbaik sesuai profesi.

    Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat Sragen (Formas)Andang Basuki juga menyayangkan masih diterapkannya cara-cara lama dalam hal politisasi birokrasi. Bagi dia, aksi intimidasi terhadap pegawai dengan ancaman akan dipindah dan dimutasi merupakan cara lama yang seharusnya ditinggalkan pihak-pihak tertentu yang ingin memenangkan pilkada.

    ”Selain tidak mendidik dan terkesan otoriter, sikap tersebut menunjukkan bahwa calon yang bersangkutan bukan tipe pemimpin yang siap menghadapi segala kenyataan,” ujar Andang Basuki. Andang mengimbau agar seluruh elemen di Sragen turut menciptakan iklim politik yang menyenangkan. Sebab makna utama dari pesta demokrasi adalah memberikan kegembiraan bagi seluruh masyarakat di Bumi Sukowati. (in/un)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top