DAMIANUS BRAM/RASO |
”Setelah kita mengatur bus dan angkutan kota, sekarang kita mulai mengatur becak, pelan-pelan. Kalau bus dan angkutan kota saja mau untuk diubah menjadi BST secara perlahan, saya optimistis becak juga bisa kita tata,” papar Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Yosca Herman Soedradjad usai sosialisasi penertiban becak di Taman Balekambang, kemarin (12/10).
Berdasar data dishubkominfo, jumlah becak di kota Solo mencapai sebanyak 7.500 unit. Padahal idealnya hanya sebanyak 2.500-5.000 unit. Sebab itu dibutuhkan upaya penataan.
”Kita atur dulu supaya nantinya mereka (penarik becak) bisa di sistem siang dan malam. Lagi pula Solo juga akan mengembangkan becak wisata. Kita akan bekerja sama dengan hotel dan tempat wisata. Namun kita harus melatih para tukang becak terlebih dulu. Misalnya dengan memfasilitasi kemampuan bahasa asing,” beber Yosca.
Penjabat (PJ) Wali Kota Solo Budi Suharto yang ikut hadir dalam sosialisasi mengatakan, masih banyak penarik becak tidak taat aturan lalu lintas. Dengan pertimbangan itu, tukang becak akan dibina sesuai Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perparkiran dan Pemindahan Kendaraan.
”Becak identik dengan sak karepe dewe (seenaknya sendiri). Maka dari itu kita mulai mengatur regulasinya terlebih dulu,” jelas Budi. Ditambahkan dia, tukang becak akan diberikan akses agar bisa berkembang secara ekonomi. Ini guna memaksimalkan regulasi tentang becak. Sebab, jika tukang becak tidak diberikan lahan, mereka akan sulit diatur.
”Kita bisa melibatkan becak dalam event di Solo.Mereka juga diberikan kawasan tersendiri yang tidak bisa diakses oleh moda transportasi lainnya,” tandas Budi. (vit/wa)