agung/ekspres |
"Contoh di Pantura, pada awalnya produksi udang sangat baik, tapi pelan-pelan turun. Saya tidak ingin hal itu terjadi di Purworejo," ujar Koordinator Juri Lomba Budidaya Udang Tingkat Nasional, Setiawan saat melakukan penilaian di Desa Ketawangrejo, Kecamatan Grabag, kemarin.
Dikatakannya, petambak harus mulai membangun sistem penanganan limbah tambak. Salah satunya dengan membuat kolam penampung limbah. Air limbah tersebut kemudian diolah sedemikian rupa agar menjadi air besih dan bisa dimanfaatkan kembali untuk memelihara udang. "Sistem tersebut dapat menghemat air dalam budi daya udang," ujarnya.
Lebih jauh dikatakan, penghematan penggunaan air bisa tercapai jika ada kesadaran dari para petambak dalam menjaga lingkungan. Ujungnya akan akan berdampak positif pada pengelolaan budi daya yang berkelanjutan.
Terkait lomba dia mengatakan, lomba Adi Mina Bahari Bidang Perikanan Budi Daya itu diikuti lebih dari 20 provinsi yang terdiri atas 10 kategori. Diantaranya kategori udang, rumput laut, laboratorium, dan budi daya UPR. "Penilaian lomba di Desa Ketawangrejo ini merupakan kategori udang. Ada tiga juri yang ikut dalam penilaian ini," ucapnya.
Adapun kriteria yang dinilai, yakni aspek teknis ekonomi, sosial, dan dinamika kelompok. Dewan juri ingin mengetahui cara kelompok dalam menjaga budi daya udang yang baik, mulai dari pengadaan benih, pakan bermutu hingga cara pemeliharaannya. Tak kalah pentingnya yakni kelompok harus menerapkan budi daya ramah lingkungan, berkelompok, berkawasan luas, sehingga pengendalian bisa dipertahankan dan berkelanjutan. (baj)