AHMAD KHAIRUDIN/RASO |
Siswi kelas 1 SMP tersebut menderita demam selama 12 hari, dan hidungnya sempat mengeluarkan darah. Kondisi tersebut menyebabkan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit.
Ayah FR, Yulianto, 39 menjelaskan, peristiwa penjambakan terjadi Minggu (25/10). Malam itu habis isya, FR dan temannya D ,9, bermain bersama anak-anak lainnya di sekitar Masjid Mujahidin, Mutihan RT 01 RW 12, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan.
Entah apa sebabnya, tiba-tiba D yang masih duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar menjambak rambut FR hingga terjatuh. “Tapi tidak ada benturan meski terjatuh. Tidak merasakan apa-apa pas kejadian, baru besoknya terasa pusing,” tutur Yulianto, kemarin (9/11).
Tahu FR disakiti anak tetangga, Yulianto sempat emosi. Namun dia mencoba mengendalikan diri dan berusaha ikhlas. ”Diikhlaskan saja. Saya tidak ada rencana lapor (polisi). Yang penting anak saya sehat,” ungkapnya dulu,” tutur Yuli.
Ibu Fr, Nur Pempat, 36, menambahkan, putri sulungnya itu sempat demam selama 12 hari dan hidungnya mengeluarkan darah. “Sekarang sudah membaik dan hari ini (kemarin) mulai masuk sekolah. Tapi lebam di matanya belum hilang,” bebernya.
Dia menuturkan, pada pagi harinya ketika hendak berangkat sekolah, FR mengeluh kepalanya sakit tapi tetap memaksa masuk sekolah. Di sekolah, sakitnya bertambah dan FR harus dirawat di UKS kemudian diizinkan pulang.
Sesampainya di rumah, FR dibawa ke Puskesmas Purwosari lalu dirujuk ke RSUD Ngipang. Di rumah sakit ini, FR dirawat selama empat hari. Kemudian dokter merujuknya ke RSUD Dr. Moewardi. “Dari hasil rontgen dokter mengatakan anak saya segera sembuh. Begitu saja. Biaya selama di rumah sakit pakai PKMS (Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Solo),” jelas Yulianto.
Salah seorang pengurus dan pengajar Taman Pendidikan Alquran (TPA) Mujahidin Zulaikha memaparkan, ketika kejadian, aktivitas di TPA sedang libur. Sedangkan FR tercatat sebagai salah seorang santriwatinya. Sedangkan D tidak pernah ikut kegiatan TPA. “Sekarang (FR) juga sudah masuk sekolah. Tapi tetap minum obat dari dokter,” jelasnya.
Lebih lanjut diterangkan Zulaikha, selama kegiatan TPA, para santri dan santriwati tidak pernah bergurau berlebihan dan keterlaluan. Sebab, para pengajar selalu mengawasi dan mengingatkan santri ketika bergurau berlebihan. (din/wa)