KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Calon bupati dan dan wakil bupati Kebumen, Ir HM Yahya Fuad SE-KH Yazid Mahfudz kembali mendapat dukungan dari dunia pendidikan. Setelah guru PAUD, kali ini giliran Forum Kerja Madrasah Swasta yang menyatakan dukungannya kepada paslon nomor urut dua di Pilkada Kebumen 2015.
Forum Kerja Madrasah Swasta mewadahi ribuan kepala sekolah dan guru di sekolah madrasah swasta. Mulai dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) hingga Madrasah Aliyah (MA).
Mereka berharap, dibawah kepemimpinan Yahya Fuad, madrasah swasta di Kebumen bisa lebih diperhatikan. Baik soal peningkatan kesejahteraan guru madrasah swasta maupun peningkatan kualitas madrasah swasta.
"Dengan kemenangan pasangan Fuad-Yazid di Pilkada 9 Desember mendatang, kita yakin kualitas pendidikan di Kebumen bisa lebih maju dan berkualitas, termasuk sekolah maupun madrasah swastanya," ujar Ketua Forum Kerja Guru MTs Swasta Kabupaten Kebumen, Ayit Mustofa SSos disela-sela acara silahturahmi di Aula Depag, kemarin.
Ayit sangat yakin dengan kemampuan Ir Yahya Fuad SE untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Kebumen. Selain berpendidikan tinggi dan cerdas, dunia pendidikan juga bukan hal asing bagi Yahya Fuad. Sebab Fuad sudah lama berkecimpung di dunia pendidikan dengan mendirikan Ponpes Al Kamal, beserta MTs dan MA Nurrohmah di Kuwarasan.
Disisi lain, pilihan kepada Yahya Fuad karena karakternya yang santun, mudah bergaul dan dermawan. Sosok Fuad juga bisa menjadi figur teladan karena kesuksesannya, baik di kehidupan pribadi maupun ekonomi.
Karena itulah, Ayit dan guru madrasah swasta di Kebumen siap berjuang memenangkan pasangan Fuad-Yazid di pilkada yang tinggal dua minggu lagi.
"Kemenangan Fuad-Yazid juga kemenangan bagi guru madrasah swasta yang selama ini nasibnya masih terpinggirkan," tandas dia.
Ayit menuturkan, kebijakan pemerintah yang ada saat ini masih mendeskriminisasikan sekolah swasta dan guru swasta. Seperti kebijakan membangun sekolah negeri baru yang masih terus saja dilakukan pemerintah. Padahal keberadaan sekolah negeri baru ini jelas mematikan sekolah swasta yang ada. Banyak contoh sekolah maupun madrasah swasta yang langsung kolaps begitu ada sekolah negeri baru di sekitarnya.
Ayit menuding langkah ini kurang bijak. Daripada membuka sekolah baru, alangkah lebih arifnya jika pemerintah memberdayakan atau mengoptimalkan sekolah swasta yang sudah ada.
"Sekolah swasta harusnya didorong lebih kompetitif dan berkualitas, tak perlu bangun sekolah baru yang justru malah mematikan sekolah-sekolah swasta," tandasnya.
Ayit juga yakin pasangan Fuad-Yazid bisa memperjuangkan kesejahteraan guru madrasah swasta yang belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat.
Menurut Ayit, honor yang diterima guru madrasah swasta sangat tergantung dari kemampuan finansial yayasan. Tak heran jika banyak yang hanya mendapat honor di kisaran Rp 300 ribu - Rp 500 ribu per bulan alias masih jauh dibawah UMK.
Sebagian guru madrasah swasta di Kebumen yang angkanya sekitar 4 ribu guru memang mendapat insentif berupa tunjangan fungsional sebesar Rp 250 ribu per bulan. Tapi hanya berasal dari pusat, itupun baru cair setiap 6-10 bulan sekali. Sementara dari insentif dari APBD II sama sekali tidak ada. "Dulu pas jamannya Bu Rustri sempat ada, tapi cuma setahun," kata pria yang sehari-hari menjabat sebagai Kepala MTs Al Ghozali Mirit ini. (has)
Forum Kerja Madrasah Swasta mewadahi ribuan kepala sekolah dan guru di sekolah madrasah swasta. Mulai dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) hingga Madrasah Aliyah (MA).
Mereka berharap, dibawah kepemimpinan Yahya Fuad, madrasah swasta di Kebumen bisa lebih diperhatikan. Baik soal peningkatan kesejahteraan guru madrasah swasta maupun peningkatan kualitas madrasah swasta.
"Dengan kemenangan pasangan Fuad-Yazid di Pilkada 9 Desember mendatang, kita yakin kualitas pendidikan di Kebumen bisa lebih maju dan berkualitas, termasuk sekolah maupun madrasah swastanya," ujar Ketua Forum Kerja Guru MTs Swasta Kabupaten Kebumen, Ayit Mustofa SSos disela-sela acara silahturahmi di Aula Depag, kemarin.
Ayit sangat yakin dengan kemampuan Ir Yahya Fuad SE untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Kebumen. Selain berpendidikan tinggi dan cerdas, dunia pendidikan juga bukan hal asing bagi Yahya Fuad. Sebab Fuad sudah lama berkecimpung di dunia pendidikan dengan mendirikan Ponpes Al Kamal, beserta MTs dan MA Nurrohmah di Kuwarasan.
Disisi lain, pilihan kepada Yahya Fuad karena karakternya yang santun, mudah bergaul dan dermawan. Sosok Fuad juga bisa menjadi figur teladan karena kesuksesannya, baik di kehidupan pribadi maupun ekonomi.
Karena itulah, Ayit dan guru madrasah swasta di Kebumen siap berjuang memenangkan pasangan Fuad-Yazid di pilkada yang tinggal dua minggu lagi.
"Kemenangan Fuad-Yazid juga kemenangan bagi guru madrasah swasta yang selama ini nasibnya masih terpinggirkan," tandas dia.
Ayit menuturkan, kebijakan pemerintah yang ada saat ini masih mendeskriminisasikan sekolah swasta dan guru swasta. Seperti kebijakan membangun sekolah negeri baru yang masih terus saja dilakukan pemerintah. Padahal keberadaan sekolah negeri baru ini jelas mematikan sekolah swasta yang ada. Banyak contoh sekolah maupun madrasah swasta yang langsung kolaps begitu ada sekolah negeri baru di sekitarnya.
Ayit menuding langkah ini kurang bijak. Daripada membuka sekolah baru, alangkah lebih arifnya jika pemerintah memberdayakan atau mengoptimalkan sekolah swasta yang sudah ada.
"Sekolah swasta harusnya didorong lebih kompetitif dan berkualitas, tak perlu bangun sekolah baru yang justru malah mematikan sekolah-sekolah swasta," tandasnya.
Ayit juga yakin pasangan Fuad-Yazid bisa memperjuangkan kesejahteraan guru madrasah swasta yang belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat.
Menurut Ayit, honor yang diterima guru madrasah swasta sangat tergantung dari kemampuan finansial yayasan. Tak heran jika banyak yang hanya mendapat honor di kisaran Rp 300 ribu - Rp 500 ribu per bulan alias masih jauh dibawah UMK.
Sebagian guru madrasah swasta di Kebumen yang angkanya sekitar 4 ribu guru memang mendapat insentif berupa tunjangan fungsional sebesar Rp 250 ribu per bulan. Tapi hanya berasal dari pusat, itupun baru cair setiap 6-10 bulan sekali. Sementara dari insentif dari APBD II sama sekali tidak ada. "Dulu pas jamannya Bu Rustri sempat ada, tapi cuma setahun," kata pria yang sehari-hari menjabat sebagai Kepala MTs Al Ghozali Mirit ini. (has)